Tuesday, October 21, 2014

Afrizal Malna



lahir di Jakarta, 7 Juni 1957. Sejak menamatkan SLA pada tahun 1976, Afrizal Malna tidak melanjutkan

sekolah. Pada tahun 1981, ia belajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, sebagai

mahasiswa khusus hingga pertengahan dikeluarkan pada tahun 1983. Pada usia 27 tahun, Afrizal

Malna menikah. Selama kurang lebih sepuluh tahun ia pernah bekerja di perusahaan kontraktor

bangunan, ekspedisi muatan kapal laut, dan asuransi jiwa. Sekarang lebih banyak berkiprah di

bidang seni, sebagai sutradara pertunjukan seni, kurator seni instalasi, penyair dan penulis.

Bukunya antara lain: Abad Yang Berlari (1984), Perdebatan Sastra kontekstual (1986), Yang Berdiam

Dalam Mikropon (1990), Arsitektur Hujan (1995), Biography of Reading (1995), Kalung Dari Teman (1998),

Sesuatu Indonesia, Esei-esei dari pembaca yang tak bersih (2000), Seperti Sebuah Novel yang Malas

Mengisahkan Manusia, kumpulan prosa (2003), Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing (2003), Novel Yang

Malas Menceritakan Manusia (2004), Lubang dari Separuh Langit (2005). Penghargaan yang pernah

diterima: Kincir Perunggu untuk naskah monolog dari Radio Nederland Wereldomroep (1981),

Republika Award untuk esei dalam Senimania Republika, harian Republika (1994), Esei majalah

Sastra Horison (1997), Dewan Kesenian Jakarta (1984).


Berikut ini adalah beberapa puisi karyanya antara lain :

Asia Membaca, Buku Harian Dari Gurindam Duabelas, Gadis Kita, Migrasi Dari Kamar Mandi, Mitos

Mitos Kecemasan, Lembu Yang Berjalan, Masyarakat Rosa, Warisan Kita, Kebiasaan Kecil Makan

Coklat, Chanel OO, Jembatan Rempah-Rempah, Workshop 5:Tawanan Aku, Tubuh Lublinskie Di

Lorong Es Hitam, Teknik Menghibur Penonton, Mantel Hujan Dua Kota, Mesin Penghancur Dokumen,

Proposal Politik UntuK Polisi, Di Seberang Selembar Daun, Menggoda Tujuh Kupu-Kupu, Seminar

Puisi Di Selat Sunda, Antri Uang Di Bank, Daftar Indeks, Beri Aku Kekuasaan, Ekstase Waktu, Penyair

Anwar.


Biografi :

Sejak menamatkan SLA pada tahun 1976, Afrizal Malna tidak melanjutkan sekolah. Pada tahun 1981,

ia belajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, sebagai mahasiswa khusus hingga pertengahan

dikeluarkan pada tahun 1983. 

Selama kurang lebih sepuluh tahun ia pernah bekerja di perusahaan kontraktor bangunan, ekspedisi

muatan kapal laut, dan asuransi jiwa. Sekarang lebih banyak berkiprah di bidang seni, sebagai esais,

kurator seni rupa, penyair dan penulis.


Proses Kreatif :

Puisi, cerpen, dan esainya dimuat dalam Horison, Kompas, Berita Buana, Republika, Kedaulatan

Rakyat, Jawa Pos, Surabaya Post, Pikiran Rakyat, Ulumul Qur'an, dan lain-lain.

Tema puisi Afrizal Malna yang menonjol adalah pelukisan dunia modern dan kehidupan urban, serta

objek material dari lingkungan tersebut. Korespondensi objek-objek itulah yang menciptakan nuansa

dan gaya puitiknya. 

Imaji-imaji dalam kehidupan sehari-hari , secara berdampingan ditampilkan (jukstaposisi) secara

gaduh, hiruk-pikuk, hampir-hampir chaotic, kacau balau, semrawut, tercermin dalam judul-judul

puisinya, seperti: “Antropologi Kaleng-Kaleng Coca Cola”, “ Fanta Merah untuk Dewa-Dewa”, “Migrasi

di Kamar Mandi”, “Pelajaran Bahasa Inggris Tentang Berat Badan”. Afrizal tertarik pada menemukan

hubungan antara objek dalam puisi-puisinya, mencari—dalam kata-katanya sendiri—suatu “visualisasi

tata bahasa atas benda-benda” (a “visual grammar of things”).  Intimasi hubungan rahasia antar

objek-objek tersebut memberikan banyak informasi tentang puitika Afrizal. 

Pada tahun 1981, sebuah naskah dramanya memperoleh penghargaan dalam sayembara Kincir Emas

Radio Nederland Wereldomreop.

Karya dramanya yang berjudul Pertumbuhan di atas Meja Makan, terpilih dalam antologi drama Indonesia

seratus tahun yang diterbitkan Yayasan Lontar, serta diterjemahkan dalam versi bahasa Inggris dengan

judul Things Growing on the Table. Karya drama Afrizal tersebut merupakan salah satu contoh yang

representatif untuk karya yang muncul pada era postmodernisme Indonesia. Karya ini menentang

penggunaan narasi keseragaman yang dibentuk oleh Orde Baru di Indonesia. Dalam karya dramanya

ini, Afrizal yang juga bertindak sebagai editor, membangun suatu "perpecahan" (disunity) dengan

memecah belah atau membuat potongan-potongan dialog dari berbagai sumber berlainan, misalnya

potongan pidato presiden Soekarno dan wakilnya Mohamad Hattadigabungkan dengan dialog dari

Caligula karya Albert Camus dan Sandyakala Ning Majapahit karya Sanusi Pane. Dengan demikian,

melalui karyanya yang demikian, ia menolak hubungan kausalitas dan struktur naratif, ketika tokoh

Suami dan Istri dalam drama ini mengucapkan kutipan potongan-potongan kalimat yang tidak

berhubungan tersebut, sekaligus memaksa audiens untuk membangun sebuah cerita bagi diri mereka

sendiri. 

Afrizal menulis esai pengantar untuk buku kumpulan puisi beberapa penyair Indonesia, antara lain

Juniarso Ridwan, Soni Farid Maulana, Dorothea Rosa Herliany, Made Wianta, dan lain-lain).  Esainya juga terbit

pada antologi bersama antara lain, Perdebatan Sastra Kontekstual (Ariel Heryanto ed., 1986)..

Sesuatu Indonesia: Esei-Esei dari Pembaca Tak Bersih adalah salah satu buku kumpulan esainya,

diterbitkan oleh Yayasan Bentang Budaya pada tahun 2000.

Esainya dalam Senimania Republika, Harian Republika, 1994 memenangkan Republika Award.  Ia

juga menjadi pemenang esai di Majalah Sastra Horisonpada 1997. 

Sejak 1983 hingga 1993 menulis teks pertunjukan Teater Sae. Afrizal pernah mengunjungi beberapa

kota di Swiss dan Hamburg, memberikan diskusi teater dan sastra di beberapa universitas dalam

rangka pertunjukan Teater Sae (Mei-Juni 1993) yang mementaskan naskahnya.

Tahun 1995 bersama Beeri Berhrard Batschelet dan Joseph Praba, mementaskan seni instalasi Hormat dan

Sampah di Solo.  Pada tahun 1996berkolaborasi dengan berbagai seniman dari beragam disiplin

mengadakan pertunjukan seni instalasi ''Kesibukan Mengamati Batu-Batu'' di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Tahun 2003, mementaskan Telur Matahari berkolaborasi dengan Harries Pribadi Bah dan Jecko Kurniawan.

Beberapa buku prosa: cerita pendek atau novel, karya Afrizal Malna, antara lain: Dalam Rahim Ibuku

Tak Ada Anjing (2003), Seperti Sebuah Novel Yang Malas Menceritakan Manusia (IndonesiaTera, 2004),

Lubang dari Separuh Langit (2005).

Cerpennya pernah masuk dalam antologi cerpen pilihan Kompas, antara lain Pistol Perdamaian (1996), dan

Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997).

Berkat prestasinya di bidang kepenulisan, Afrizal Malna beberapa kali diundang dalam festival dan

acara sastra nasional maupun internasional, seperti Festival Penyair International di Rotterdam, Belanda

(1995) dan Utan Kayu International Literary Biennale di Jakarta 2005.


Penghargaan :
·         Republika Award untuk esei dalam Senimania Republika, harian Republika (1994),·         Esei majalah Sastra Horison (1997)·         Dewan Kesenian Jakarta (1984)·         1981: Radio Nedherland Wereldomroep untuk naskah drama Surat·         1987: Dewan Kesenian Jakarta untuk buku puisi Abad Yang Berlari·         1994: Republika Award dari harian Repulika untuk esei·         1996: Pusat Pembinaan dan Pengembahan Bahasa Departemen Pendidikan dan Budaya untuk buku puisi Arsitektur Hujan·         1997: Majalah sastra Horison untuk esei·         2006: Penghargaan Adibudaya dari Departemen Pendidikan untuk puisi·         2008: Man of The Year dari majalah Tempo untuk buku puisi Teman-temanku Dari Atap Bahasa·         2010: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Budaya untuk buku puisi Teman-temanku Dari Atap Bahasa SEA Write Award dari Bangkok untuk buku puisi Teman-temanku Dari Atap Bahasa (penghargaan tidak diambil)



Sumber

No comments:

Post a Comment