Sunday, September 28, 2014

Menggoda Tujuh Kupu-Kupu


Aku tidak berjalan dengan mata melek. Kau pergi dengan mata

tidur. Orang di sini membawa beban berat. Bukan soal melihat.

Dalam beban itu isinya sampah. Bukan pergi dan tidak tidur. Kita

sibuk mencari tempat membuang sampah itu untuk mengisinya

kembali dengan sampah. Kau pergi dengan mata tidur. Aku tidak

berjalan dengan mata melek dan tidak mengukur yang terlihat.

Kau latihan yoga dan menjadi tujuh kupu-kupu. Aku melihat kau

terbang dan tidak bisa ikut masuk ke dalam kupu-kupumu. Ke-

adaan seperti gas padat dalam lemari es. Tetapi tidak ada ledakan.

Aku tidak mendengar suara ledakan dalam puisi ini. Di sini hidup

menjadi mudah, karena memang hidup sudah tidak ada. Menjadi

benar oleh kebohongan-kebohongannya. Menjadi indah oleh

kerusakan-kerusakannya. Aku di dalam pelukanmu dan di luar

terbangmu. Membayangkan tujuh kupu-kupu mulai menanamkan

sayapnya dan menanamkan terbangnya. Mengganti bumi pertama

dengan rute sungai Marne yang membelah mimpi-mimpimu.



Oleh : 

Afrizal Malna

2 comments: