Sunday, October 19, 2014

Buku Harian Dari Gurindam Duabelas


Kau telah ambil lenganku dari sungai Siak, sebelum Raja Ali Haji berkata: Bismillah permulaan

kalam.”  Dan kapal-kapal bergerak membawa Islam, membawa para nabi, sutra, barang-barang

elektronik juga. Tetapi seseorang mencarimu hingga Piz Gloria, kubah-kubah putih yang mengirimku

hingga Senggigi. 150 tahun kematian Friedrich Holderlin, jadi penyair lagi di    situ, hanya untuk

menjaga cinta. Gerimis membawa kota-kota lain lagi, tanaman palma dan kenangan di jendela: Siti

berlari-lari, menyapu halaman jadi buah mangga, apel, dan kecapi juga.


Kini dia bukan lagi kisah batu-batu, pelarian tempo dulu, atau  seorang biu mengajar menyapu. Kini

setiap tubhnya membaca Gurindam Duabelas, mengirim buku harian, untuk masa silam  seluruh

unggas. Kita saling mencari, di antara pikiran yang dicurigai, lebih dari letusan, menumbangkan

sebuah bahasa di malam hari. “Puan-puan dan Tuan-tuan,” kata Siti,”aku melayu dari Pejanggi.” ...

Dan sungai Siak jadi sepi, jadi lebih dalam lagi dari Gurindam Duabelas.


Lenganmu, membuat bahasa lain lagi di situ; untuk orang-orang di pelabuhan, menjual beras,

sayuran, radio, ikan-ikan juga. Dan aku berlari-lari. Ada rumah di situ, setelah jalan berkelok.Ini

untukmu, bahasa dari letusan itu, penuh suaramu melulu.


1993



Oleh :

Afrizal Malna

No comments:

Post a Comment