Kota kami dijaga mitos-mitos kecemasan. Senjata jadi kenangan tersendiri di
hati kami, yang akan
kembali membuat cerita, saat- saat kami kesepian. Kami
telah belajar membaca dan menulis di situ.
Tetapi kami sering
mengalami kebutaan, saat merambahi hari-hari gelap gulita. Lalu kami berdoa,
seluruh kerbau bergoyang menggetarkan tanah ini. burung-burung beterbangan
memburu langit,
mengarak gunung-gunung keliling kota.
Negeri kami menunggu hotel-hotel bergerak membelah waktu, mengucap diri dengan
bahasa asing.
O, impian yang sedang membagi diri dengan daerah-daerah tak
dikenal, siapakah pengusaha besar
yang memborong tanah ini. Kami ingin
tahu di mana anak-anak kami dilebur jadi bensin. Jalan-jalan
bergetar, membuat
kota-kota baru sepanjang hari.
Radio menyampaikan suara-suara ganjil di situ, dari kecemasan menggenang,
seperti tak ada, yang
bisa disapa lagi esok pagi.
1985
Oleh :
Afrizal Malna
No comments:
Post a Comment