Mereka pernah berjalan dalam taman itu, membuat wortel, semangka, juga
pepaya. tetapi aku buat
juga ikan-ikan plastik, angsa-angsa kayu dari Bali,
juga seorang presiden dari boneka di Afrika.
Kemana saja kau bawa kolonialisme
itu, dan kau beri nama : Jakarta 1945 yang terancam. Beri aku
waktu, beri aku
waktu, untuk berkuasa.
Kau lihat juga tema-tema berlepasan, dari Pulo gadung ke Sukarno Hatta, atau di
Gambir : Jakarta
1957 yang risau. Sepatuku goyah di situ. Orang bicara tentang
revolusi, konfrontasi Malaysia, Amerika
dan Inggris dibenci pula. Sejarahku
seperti anak-anak lahir, dari kapal kolonial yang terbakar. Mereka
mencari
tema-tema pembebasan, tetapi bukan ayam goreng dari Amerika, atau sampah dari
Jerman.
Begitu saja aku pahami, seperti mendorong malam ke sebuah stasiun, membuka
toko, bank dan hotel
di situ pula. Kini aku huni kota-kota dengan televisi,
penuh obat dan sikat gigi. Siapakah yang bisa
membunuh ilmu pengetahuan siang
ini, dari orang-orang yang tak tergantikan dengan apapun. Beri
aku waktu, beri
aku waktu, untuk kekuasaan. tetapi sepatuku goyah, menyimpan dirimu.
Mereka pernah masuki tema-tema itu, bendera terbakar, letusan di balik pintu,
jerit tangis anak-anak,
dan dansa-dansi di malam hari. Lalu : Siapakah yang
mengusung tubuhmu , pada setiap kata............
1991
Oleh :
Afrizal Malna
No comments:
Post a Comment