Kau sudah tak sabar menungguku di
halaman rumah berdinding putih itu.
Di atas bangku di bawah pohon
cemara duduk seorang wanita setengah baya
sedang suntuk membaca dan
sesekali tertawa.
Nah, perempuan itu mengangkat
kaki kirinya,
kemudian menumpangkannya ke yang
kanan.
Pahanya tersingkap, clap, kau
terkejap: kaususupkan
cerlap cahayamu ke celah-celah
itu dan aku cemburu.
Maka aku pun segera berderai
lembut di atas parasmu.
Aku berdebar ketika perempuan itu
melonjak girang:
"Ah, gerimis senja telah
datang."
Hanya agar perempuan kita
bahagia, kau dan aku rela berebut bianglala
dan ingin segera melilitkannya ke
tubuhnya.
Sebab sesaat lagi kau sudah jadi
malam dan aku hujan,
dan perempuan itu tidak mencintai
keduanya: ia akan cepat-cepat
masuk ke rumahnya, membiarkan
kita berdua menghapus jejaknya.
Oleh :
Joko Pinurbo
No comments:
Post a Comment