Dengan perjuangan berat,
alhamdulillah akhirnya aku
bisa bertelur. Telurku lahir
dengan selamat,
warnanya hitam pekat.
Aku ini seorang peternak: saban
hari
mengembangbiakkan kata, dan
belum kudapatkan kata
yang bisa mengucapkan kita.
Kata yang kucari, konon, ada di
dalam telurku ini.
Kuperam telurku di ranjang
kata-kata yang sudah lama
tak lagi melahirkan kata.
Kuerami ia saban malam
sampai tubuhku demam dan
mulutku penuh igauan.
Kalau aku lagi asyik mengeram,
diam-diam telurku
suka meloncat, memantul-mantul
di lantai,
kemudian menggelinding pelan ke
toilet,
dan ketika hampir saja
nyemplung ke lubang kloset
cepat-cepat ia kutangkap dan
kubawa pulang ke ranjang.
Mana telurku? Tiba-tiba
banyak orang merasa
kehilangan telur dan mengira
aku telah mencurinya
dari ranjang mereka.
Ah telur kata, telur derita,
akhirnya kau menetas juga.
Kau menggelembung, memecah,
memuncratkan darah.
Itu bukan telurku!
Oleh :
Joko Pinurbo
No comments:
Post a Comment