Badai menggemuruh di ruang
tidurmu.
Hujan menderas, lalu kilat,
petir
dan ledakan-ledakan waktu dari
balik dadamu.
Sesudah itu semuanya reda.
Musim mengendap di kaca
jendela.
Tinggal ranting dan dedaunan
kering
berserakan di atas ranjang.
Hening.
Waktu itu tengah malam. Kau
menangis.
Tapi ranjang mendengarkan
suaramu sebagai nyanyian.
Oleh :
Joko Pinurbo
No comments:
Post a Comment