- untuk Ahmad Syubannuddin Alwy
Tubuhnya kuyup diguyur hujan.
Rambutnya awut-awutan dijarah
angin malam.
Tapi enak saja ia nongkrong,
mengangkang,
seperti ingin memamerkan
kecantikan:
wajah ranum yang merahasiakan
derita dunia;
leher langsat yang menyimpan
beribu jeritan;
dada montok yang mengentalkan
darah dan nanah;
dan lubang sunyi, di bawah
pusar,
yang dirimbuni semak berduri.
Dan malam itu datang seorang
pangeran
dengan celana komprang, baju
kedodoran, rambut
acak-acakan. Datang menemui
gadisnya yang lagi kasmaran.
“Aku rindu Mas Alwy yang tahan
meracau seharian,
yang tawanya ngakak membikin
ranjang reyot
bergoyang-goyang, yang jalannya
sedikit goyah
tapi gagah juga. Selamat malam,
Alwy.”
“Selamat malam, Kitty. Aku
datang membawa puisi.
Datang sebagai pasien rumah
sakit jiwa dari negeri
yang penuh pekik dan
basa-basi.”
Ini musim birahi. Kupu-kupu
berhamburan liar
mencecar bunga-bunga layu yang
bersolek di bawah
cahaya merkuri. Dan bila
situasi politik memungkinkan,
tentu akan semakin banyak yang
gencar bercinta
tanpa merasa waswas akan
ditahan dan diamankan.
“Merapatlah ke gigil tubuhku,
penyairku.
Ledakkan puisimu di nyeri
dadaku.”
“Tapi aku ini bukan binatang
jalang, Kitty.
Aku tak pandai meradang,
menerjang.”
Sesaat ada juga keabadian.
Diusapnya pipi muda,
leher hangat, dan bibir lezat
yang terancam kelu.
Dan dengan cinta yang agak
berangasan diterkamnya
dada yang beku, pinggang yang
ngilu, seperti luka
yang menyerahkan diri kepada
sembilu.
“Aku sayang Mas Alwy yang
matanya beringas
tapi ada teduhnya. Yang
cintanya ganas tapi ada lembutnya.
Yang jidatnya licin dan luas,
tempat segala kelakar
dan kesakitan begadang
semalaman.
Tapi malam cepat habis juga ya.
Apa boleh buat,
mesti kuakhiri kisah kecil ini
saat engkau terkapar
di puncak risau. Maaf, aku tak
punya banyak waktu
buat bercinta. Aku mesti lebih
jauh lagi mengembara
di papan-papan iklan. Tragis
bukan, jauh-jauh datang
dari Amerika cuma untuk jadi penghibur
di negeri orang-orang
kesepian?”
“Terima kasih, gadisku.”
“Peduli amat, penyairku.”
Oleh :
Joko Pinurbo
No comments:
Post a Comment