Bantal, guling, selimut
berpamitan kepada ranjang.
“Ibu yang penyayang, sudah
sekian lama
kami membantu Ibu mengasuh
anak-anak terlantar
dan sebatang kara, memberi
mereka tempat terindah
buat bercinta, dan merawat
mereka ketika sudah pikun
dan tak berdaya. Kini saatnya
kami harus pergi
meninggalkan kisah yang penuh
misteri.”
“Memang sekali waktu kita perlu
istirah.
Aku sendiri pun sangat lelah.
Aku akan pergi juga, ziarah ke
asal-muasal kisah cinta
yang melahirkan dongengan
panjang penuh rahasia.”
Demikianlah di subuh yang
hening itu kami pergi
ke pelabuhan, melepas ranjang
kami yang tua berangkat
berlayar ke laut yang luas dan
terang.
Waktu dan usia seperti
perjalanan sebuah doa
ketika ranjang kami yang reyot
dan renta
bergoyang-goyang bagai
tongkang, bagai keranda.
Terhuyung-huyung dan
terbata-bata
mencari tanah pusaka yang jauh
di seberang sana.
Oleh :
Joko Pinurbo
No comments:
Post a Comment