Setelah terusir dan
terlunta-lunta di negerinya sendiri,
pelarian itu akhirnya diterima
oleh sebuah keluarga boneka.
“Kami keluarga besar yang
berasal dari berbagai suku bangsa.
Kami telah menciptakan adat
istiadat menurut cara kami
masing-masing, hidup damai dan
merdeka
tanpa menghiraukan lagi
asal-usul kami.
Anda sendiri, Tuan, datang dari
negeri mana?”
“Saya datang dari negeri yang
pemimpin dan rakyatnya
telah menyerupai boneka. Saya
tidak betah lagi tinggal
di sana karena saya ingin tetap
menjadi manusia.”
Keluarga boneka itu tampak
bahagia. Mereka berbicara
dan saling mencintai dengan
bahasa mereka masing-masing
tanpa ada yang merasa dihina
dan disakiti.
Lama-lama si pembuat boneka itu
merasa asing
dan tak tahan menjadi bahan
cemoohan makhluk-makhluk
ciptaannya sendiri. Ia terpaksa
pulang ke negeri asalnya
dan mencoba bertahan hidup di
dunia nyata.
Oleh :
Joko Pinubo
No comments:
Post a Comment