Melihat
pentas-pentas drama di negeriku
berjudul
Pesta Darah di Jember
Menyerbu
Negeri Hantu Putih di Solo
Klaten,
Semarang, Surabaya dan Medan
Teror
atas Gardu Pengaman Rakyat di Bandung
Woyla.
Ah,
ingat ke hari kemarin
pentas
sandiwara rakyat
yang
berjudul Komando Jihad
Ingat
Malari.
Ingat
beratus pentas drama
yang
naskahnya tak ketahuan
dan
mata kita yang telanjang
dengan
gampang dikelabui dan dijerumuskan
Ah,
drama-drama total
yang
tanpa panggung
melainkan
berlangsung di atas hamparan
kepala-kepala
penonton
Darah
mengucur, kembang kematian.
Bau
busuk air liur para sutradara licik
yang
bersembunyi di hati mulia para rakyat.
Drama
peradaban yang bermain nyawa
mencumbu
kemanusiaan
berkelakar
secara rendahan kepada Tuhan
Kita
orang-orang yang amat lugu dan tak tahu
Pikiran
disetir
Hidung
dicocok dan disemprot parfum
Pantat
disodok dan kita meringkik-ringkik
tanpa
ada maknanya
Kita
yang terlalu polos dan pemaaf
beriuh
rendah di antara kita sendiri
bagai
anak-anak kecil yang sibuk dikasih petasan
kemudian
tertidur lelap
sesudah
disuapi sepotong kue bolu dan permen karet
Ah,
milik siapa tanah ini
Milik
siapa hutan-hutan yang ditebang
Pasir
timah dan kayu yang secara resmi diseludupkan
Milik
siapa tambang-tambang
keputusan
buat masa depan
Milik siapa
tabungan alam
yang
kini diboroskan habis-habisan
Milik
siapa perubahan-perubahan
kepentingan
dari surat-surat keputusan
Kita
ini sendiri
milik
siapa gerangan.
Pernahkan
kita sedikit saja memiliki
lebih
dari sekedar dimiliki, dan dimiliki.
Pernahkan
kita sedikit saja menentukan
lebih
dari sekedar ditentukan, dan ditentukan.
Oleh ;
Emha Ainun Najib
No comments:
Post a Comment