Monday, June 22, 2015

Di Malioboro

--kepada seseorang yang mengingatkan saya akan Iramani, yang dibunuh di tahun 1965--


Saya menemukanmu, tersenyum, acuh tak acuh

di sisi Benteng Vriedenburg


Siapa namamu, kataku, dan kau bilang:

Kenapa kau tanyakan itu.


Malam mulai diabaikan waktu.

Di luar, trotoar tertinggal.


Deret gedung bergadang

dan lampu tugur sepanjang malam


seperti jaga untuk seorang baginda

yang sebentar lagi akan mati.


Mataram, katamu, Mataram...


Ingatan-ingatan pun bepercikan

--sekilas terang kemudian hilang-- seakan pijar

di kedai tukang las.


Saya coba pertautkan kembali

potongan-potongan waktu

yang terputus dari landas.


Tapi tak ada yang akan bisa diterangkan, rasanya


Di atas bintang-bintang mabuk

oleh belerang,


kepundan seperti sebuah radang,


dan bulan dihirup hilang

kembali oleh Merapi


Trauma, kau bilang

(mungkin juga, "trakhoma?")

membutakan kita


Dan esok los-los pasar

akan menyebarkan lagi warna permainan kanak

dari kayu: boneka-boneka pengantin

merah-kuning dan rumah-rumah harapan

dalam lilin.


Siapa namamu, tanyaku.

Aku tak punya ingatan untuk itu, sahutmu.


1997



Oleh : 

Goenawan Mohammad

No comments:

Post a Comment