Pertama kali naik pesawat
terbang, saya ingin
memasang iklan di koran nasional bahwa saya
benar-benar sudah pernah naik burung ajaib
yang dikagumi oleh seluruh kanak-kanak
dan orang dewasa
Kali kedua pengin dishoot
kamera betapa saya
memasang seat-belt segampang menelan ludah
kemudian dengan lincah menggoda stewardesses
Yang ketiga saya berpikir
menelusuri dari modal siapa
gerangan pesawat mewah ini dibikin, bagaimana
modal itu diputar di meja perjudian
ekonomi politik internasional, serta membayangkan
siapa saja, yang bisa menikmatinya
Namun toh pada kali keempat
saya masih saja sedikit
mengagumi otak manusia penemu daya sihir
burung-burung, meskipun kemudian bosan
dan tidur kepala berat
Sehingga tatkala terbang
kelima, keenam, ketujuh kali,
di samping selalu disergap oleh ratusan
pikiran murung: saya merasa pesawat terbang
tak pernah membawa saya naik ke mana-mana
Ada kemungkinan para teknolog,
teknokrat serta
para pemakai mereka, gagal
melihat mana bawah
yang sebenarnya dan mana atas
yang sesungguhnya
Oleh :
Emha Ainun Najib
No comments:
Post a Comment