Tari itu
melintas pada cermin:
bagian terakhir Ritus Musim.
Gerak gaun — paras putih —
tapak kaki yang melepas lantai….
23 tahun
kemudian di kaca ia temukan wajahnya.
Sendiri. Terpisah dari ruang.
Lekang, seperti warna waktu pada kertas koreografi.
Tapi ia
masih ingin meliukkan tangannya.
“Aku tak seperti dulu,” katanya,
“tapi di fragmen ini kau memerlukan aku.
Aku — hantu salju.”
Suaranya
pelan. Seperti derak tulang
ketika di ruang latihan itu tak ada lagi adegan.
Hanya nafas. Mungkin ia masih di situ.
Oleh :
Goenawan Mohammad
No comments:
Post a Comment