Malam itu
ia coba tirukan,
dengan bunyi senar gitar, tetes air
yang saling bertemu
di talang serambi.
Tapi yang
terbentuk dari langit
hanya lagu.
‘Aku tak ingin lagu’,
katanya.
Tak
seorang pun tahu apa yang ia inginkan. Mungkin sesuatu yang lepas,
not yang tak terkait dengan angin yang datang ke bubungan ketika hampir fajar.
‘Kau
selalu menghendaki yang sulit’
— itu kesimpulan perempuan yang tidur
di sebelahnya
pada dinihari sebelumnya.
Ia
mengangguk. ‘Aku selalu berdoa
kepada Tuhan yang tak sengaja’, sahutnya, ‘Tuhan yang sudah lama mati.’
Dan ia kembali memetik senar.
Menjelang
matahari terbit,
di atas deretan gudang ia lihat langit memperlihatkan kilat sejenak.
Lampu-lampu menghalaunya.
Akan ada
petir yang jatuh
pada penangkal di sebuah bukit, pikirnya,
jauh di pedalaman,
tak tahu ia tak akan hilang.
‘Bersama
sebuah not’.
Oleh :
Goenawan Mohammad
No comments:
Post a Comment