Wednesday, July 1, 2015

Di Antara Kanal

Jarimu menandai sebuah percakapan

yang tak hendak kita rekam

di hitam sotong dan gelas sauvognon blanc

yang akan ditinggalkan.


Di kiri kita kanal menyusup

dari laut. Di jalan para kelasi

malam seakan-akan biru.

“Meskipun esok lazuardi,” katamu.


Aku dengar. Kita kenal

kegaduhan di aspal ini.

Kita tahu banyak hal.

Kita tahu apa yang sebentar.


Seseorang pernah mengatakan

kita telah disandingkan

sejak penghuni pertama ghetto Yahudi

membangun kedai.


Tapi kau tahu aku akan melepasmu di sudut itu,

tiap malam selesai, dan aku tahu kau akan pergi.


“Kota ini,” katamu, “adalah jam

yang digantikan matahari.”



Oleh :

Goenawan Mohammad

No comments:

Post a Comment