Tuesday, April 21, 2015

Requiem Bagi Kepompong Yang Tak Sempat Bisa Terbang

di sinikah tepi bagimu, ketika segalanya berubah

abu. tinggal asap. kau tak mampu menyingkapkan tirai

tipis itu. debur laut makin jauh. melongokmu.

di sinikah tepi bagimu?


mulut mulut masih bercerita: apa arti kenangan bagi

benang yang tak rampung kau pintal? semua

menyisipkan bunga bunga pada kata katanya. masih 

kebohongan dan kepalsuan yang melepaskanmu.


di sinikah tepi bagimu, laut tak memberikan garam.

tapi matahari menyebarkan asing siang yang terik.

keringat keringat pertentangan. Tendang menendang

kehidupan yang disyahkan. sebuah kota sebelum ajal.

di sinikah tepi bagimu?


sebuah stasiun bisu. Gerbong gerbong jadi keranda.

bergerit dalam ngilu. kehitaman lokomotif dan dengus

: batuk dalam darah di dadamu! kehidupan inikah

tepi bagimu.


tilgram tak terbaca di mejaku. Kado kado

belasungkawa tak pernah dikirimkan. duka sudah

habis. juga pada toko toko swalayan. tinggal harapan

pada pantat lalat yang terpeleset kilau keangkuhan lelaki

di belakang loket.


menontonlah kita di kejauhan!



Oleh :

Dorothea Rosa Herliany

No comments:

Post a Comment