dari sumur yang sama kutimba darah dan
keringat semua orang. kusaring kebekuan, lalu
kutiup: menjadi bulan.
cahaya menyelinap antara rindang peradaban.
masihkah kau butuh bayang bayang?
kuikat purnama dengan lidahku, setelah letih
memeras darah dan keringat sendiri. kukembalikan
bagi langit suwung.
tiba tiba mendung. bulan kehilangan bayang.
kupanggil anak anak. biar menadah air mata
sendiri.
Oleh :
Dorothea Rosa Herliany
No comments:
Post a Comment