Monday, March 23, 2015

Thespian

in memoriam li Hayati


Tepuk tangan penonton itu seperti iring-iringan

Doa. Dan lambaiannya menjelma untaian kata yang

Diucapkan pejuang sebelum pergi ke medan perang

Bangku kosong yang berbaris seperti menulis sajak


Liris. Tiba-tiba kau menangis selepas mengirim

Ciuman dan lakon yang tragis. Di luar gerimis

Tipis ibarat isyarat malaikat. Dan angin malam

Membawa keinginan hitammu yang lama terpendam


Kematian. Kematian bukan akhir cerita, katamu

Tapi awal dari lakon drama baru. Harapan abadi

Yang ragu. Panggung yang menunggu dan ditunggu

Kematian, cinta niscaya yang meminta dan memaksa



Oleh :

Beni R Budiman

No comments:

Post a Comment