Friday, March 27, 2015

Kadipaten

Dua rel kereta membagi kota yang tak mau

Mati. Lalu lalang orang sepanjang lorong

Pasar. Kendaraan yang datang dan pulang

Menghardik sepi, tapi juga membawa nyeri


(Aku masih terkenang ketika tanganmu, ayah

melayang pada kedua pipiku. "Aku ingin

bebas seperti unggas lepas," pekikku)


Dua rel bergetar. Angin kumbang berpusar

Di atas trotoar. Aku pun terkapar di setiap

Kamar yang membakar. "Selamat tinggal, ayah

Sebab setiap tempat adalah alamat. Tenanglah!"



Oleh :

Beni R Budiman

No comments:

Post a Comment