Perkembangan puisi modern
Indonesia dari waktu ke waktu sangat beragam. Khususnya di era melenium ini
(2000 an), banyak bermunculan penyair-penyair dari latar belakang kehidupan
yang beragam. Sejauh manakah perkembangan puisi modern Indonesia saat ini?
Tentu
membutuhkan penelitian yang panjang untuk mengetahui perkembangan puisi modern
Indonesia pada era tahun 2000 an. Namun setidaknya ada dua hal yang ingin saya
bicarakan di sini. Pertama, mengenai faktor-faktor penunjang perkembangan puisi
modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Kedua, mengenai kualitas puisi-puisi
modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Sehingga dari kedua masalah tersebut
setidaknya dapat diketahui gambaran tentang perkembangan puisi-puisi modern
Indonesia saat ini.
Sebelum
membahas mendalam tentang perkembangan puisi modern Indonesia saat ini, patut
diketahui terlebih dahulu hakikat sebuah puisi. Dalam hal ini banyak sekali
persepsi tentang puisi, apalagi di era perkembangan puisi modern
Indonesia saat ini, banyak orang mendefinisikan sebuah puisi. Sebuah definisi
itu tak menjadi penting lagi bagi seorang penyair yang telah ‘menyatu’ bersama
puisi. Setidaknya puisi lahir dari pengalaman jiwa seseorang karena ingin
memberikan bentuk yang kongkrit terhadap yang ia rasakan. Sehingga orang lain
dapat pula merasakanya ketika telah diwujudkan secara nyata.
Puisi
berkomunikasi dengan menggunakan kata, rangkaian kata-kata itu mengungkapkan
sekaligus mengartikan pikiran, perasaan dan imajinasi seseorang. Dapat
dikatakan pula; puisi adalah nafas, menghirup ide mengeluarkan rahasia dan
membaginya kepada setiap pembacanya.
Setidaknya
beberapa uraian di atas telah memberikan gambaran tentang puisi. Selanjutnya saya
akan mencermati perkembangan puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an.
Setelah era orde baru runtuh (1998), dunia sastra Indonesia seperti terlahir
kembali, termasuk jenis puisi.
Selama
orde baru banyak media yang digunakan untuk mempublikasikan puisi (media cetak:
koran, majalah, penerbit, dll) di bredel oleh pemerintah, karena dianggap tidak
sejalan dengan ideologi pemerintahan orde baru. Sehingga mempengaruhi
perkembangan puisi modern Indonesia. Selanjutnya setelah era kepemimpinan Suharto
runtuh tepatnya pada masa reformasi memasuki tahun 2000 an, dimana kebebasan
publik mulai diperhatikan lagi termasuk karya sastra jenis puisi, banyak
bermunculan kembali penyair-penyair baru pada tahun 2000 an.
Hal
di atas telah menjawab salah satu masalah yang saya kemukakan di awal tulisan
ini. Di mana ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan puisi modern
Indonesia pada era tahun 2000 an. Di antaranya jatuhnya rezim Suharto dan
dimulainya era reformasi dengan segala kebebasan publiknya. Hal ini dapat
dilihat di hampir semua koran Indonesia edisi hari Minggu, yang memberikan
rubrik khusus untuk mempublikasikan puisi yang ditulis oleh penyair-penyair
produktif usia muda.
Selain
itu dapat di lihat pula faktor-faktor lainya seperti badan penerbitan. Di era
globalisasi dan pesatnya pertumbuhan teknologi yang semakin maju, memunculkan
penerbit-penerbit baru yang memiliki kecanggihan teknologi sehingga memudahkan
untuk menerbitkan buku-buku. Selain itu banyak penerbit yang membutuhkan dukungan
dari para penulis khususnya di bidang sastra (puisi). Hal ini memunculkan
fenomena simbiosis mutualisme antara penerbit dan penulis.
Kembali
menyinggung tentang kemajuan teknologi, rupanya kemajuan teknologi ini sangat
mempengaruhi perkembangan puisi modern Indonesia. Kemajuan teknologi itu
diiringi dengan banyak bermunculannya media komunikasi seperti jejaring sosial,
blog, dll. sehingga memberikan kemudahan bagi penyair untuk mempublikasikan
karyanya.
Faktor lain yang
dapat dicermati adalah banyaknya ajang perlombaan, penghargaan,diskusi, dll di
bidang puisi memberikan satu kegairahan baru bagi para penyair muda Indonesia.
Walaupun pada masa lalu ada ajang semacam ini, namun tidak sebanyak, seterbuka,
dan seprestisius di era sekarang.
Di
tingkat akademik juga tidak kalah memberikan andil besar dalam perkembangan
puisi modern Indonesia. Banyak perguruan tinggi yang membuka prodi sastra,
khususnya Sastra Indonesia. Sehingga mampu membangkitkan dan menciptakan
generasi penyair terdidik dan memiliki wawasan yang luas. Sehingga dijumpai
keberagaman karya puisi. Selain itu banyak dosen di perguruan tinggi yang eksis
dengan menerbitkan kumpulan puisi.
Berbicara
ruang lingkup akademik tidak akan lepas dari banyaknya komunitas-komunitas
pegiat sastra di dalamnya. Selain itu, tidak hanya di dalam ruang lingkup
akademik saja, banyak bermunculan komunitas pegiat sastra di luar kampus
(sebagai perwakilan lingkungan akademik). Dari komunitas
inilah banyak terlahir penyair-penyair baru Indonesia yang produktif
menciptakan puisi yang segar. Penyir-penyair ini lahir dari berbagai latar
belakang kehidupan yang sangat beragam.
Setidaknya
itulah faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan puisi modern Indonesia pada
era tahun 2000 an. Dari faktor-faktor inilah perkembangan puisi modern
Indonesia sangat pesat, sehingga menciptakan penyair-penyair baru Indonesia
dengan keberagaman puisinya.
Penguatan
faktor-faktor di atas dapat saya lihat pada beberapa kumpulan puisi yang telah
saya baca dan analisis. Misalnya saja tentang kebebasan publik di
era reformasi ini, munculah penyair, seperti Johan Wahyudi dengan antologi
puisinya Puisi di Bawah Hujan.Di dalamnya memuat puisi
yang merepresentasi pikiran yang bergejolak dalam benak penyair yang kemudian
mengkristal menjadi kata-kata syarat dengan nilai idealisme seorang pemuda yang
berapi-api karena prihatin terhadap bangsanya. Seperti pada puisi Review
Zaman di dalam antologi ini yang berbicara tentang keadaan bangsa
karena kebenaran berpihak kejam dan rakus. Jika di era orde
baru, mungkin puisi seperti ini akan segera dibredel dan dilarang diterbitkan,
namun di era reformasi sangat banyak puisi bernafaskan kritik seperti ini.
Tentang
penerbit, bukan sekelas Balai Pustaka, Gramedia, dll. Namuan munculnya penerbit-penerbit
baru di berbagai daerah dapat memfasilitasi para penyair untuk menerbitkan
sebuah kumpulan puisi.
Hal
ini dapat saya lihat seperti pada Penerbit Bukupop dengan antologi puisi Tuhan
Menegur Kita karya Utomo Soconingrat dan Ada Sesuatu
Yang karya Sirkus Swandari, Penerbit Malka dengan antologi puisi Senja
Dalam Masa karya Andri vb, Penerbit Beranda dengan antologi
puisi Penari Di Bawah Hujan karya Johan Wahyudi, Parang
Sumiler Press dengan antologi puisi Kali Beining karya Tjepoek
Moeljono Reksodiharjo, Writing Revo Publishing dengan antologi puisidan
engkau adalah cerita karya Tuditea Masditok, Penerbit Madah dengan
antologi puisi Kenangan Kota Geplak dan Mawar
Mekar di kampus 43 A karya Waluya Jatimustika, Kedai Buku Sinau dengan
antologi puisi Ada Waktu Buat Kita karya Rina Eklesia,
Penerbit Diskursus dengan antologi puisi Layar Kasmaran
Layar Jalanan danLuka Dalam Dalam Luka karya MIF Baihaqi
dan M. Syaom Barliana, dll.
Nama-nama
penerbit di atas jarang terdengar di telinga kita. Namun memberikan peran
terhadap perkembangan puisi modern Indonesia. Sehingga terlahir penyair-penyair
baru di Indonesia dari latar belakang kehidupan yang beragam.
Selanjutnya
pada faktor ajang perlombaan dapat saya lihat pada antologi Tuhan
Menegur Kita, karya Utomo Soconingrat, ia seorang penyair cilik yang baru
berusia 13 tahun asal Jambi. Penyair cilik ini lahir dari berbagai macam ajang
perlombaan puisi di tingkat daerah hingga Nasional.
Faktor
akademik dapat saya lihat pada antologi puisi Kenangan Kota
Geplak dan Mawar Mekar di kampus 43 A karya
Waluya Jatimustika, Layar Kasmaran Layar Jalanan, karya MIF
Baihaqi,Luka Dalam Dalam Luka karya M. Syaom Barliana, dan Penari Di
Bawah Hujan karya Johan Wahyudi. Penyair-penyair ini lahir dari
kalangan akademik, dari seorang guru hingga dosen.
Dari
tingkat komunitas dapat saya lihat pada antologi puisi My Name is Mimin karya
penyair Andri Nur Latif. Andri Nur latif aktif pada komunitas BlockNot Forum.
Komunitas ini adalah sebuah forum yang mewadahi individu-individu yang bekerja
dalam wilayah penulisan dan pembacaan literatur.
Dari
semua hal di atas patut digarisbawahi bahwa salah satu hal penitng dari faktor
perkembangan puisi modern Indonesia adalah peran aktifnya media baik cetak
maupun elektronik untuk mempublikasikan karya sastra jenis puisi.
Masalah
selanjutnya yang saya kemukakan di awal tulisan ini adalah tentang
kualitas-kualitas puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Tentu dengan
banyaknya faktor penunjang perkembangan puisi modern Indonesia saat ini,
terciptalah beragam genre puisi yang lahir dari beragam latar belakang penyair.
Kualitas puisi yang lahir pun akan sangat beragam pula.
Berbicara
kualitas memang sangat rumit untuk dipahami. Setiap orang akan berbeda menilai
kualitas sebuah puisi. Namun setidaknya kualitas puisi itu dapat diukur dari
kacamata unsur-unsur di dalamnya. Misalnya dapat memenuhi unsur-unsur
pembangunya seperti bunyi, diksi, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, bentuk
visual, dan makna.
Nampaknya
penyair pada era tahun 2000 an, memiliki pandangan tersendiri dalam menilai
kualitas sebuah puisi. Asal puisi tersebut memenuhi syarat sebuah puisi, maka
oleh penyairnya pun dimasukkan ke dalam antologi puisi. Sehingga menciptakan
keberagaman puisi pada era 2000 an. Hal-hal seperti inilah yang menjadi
bumbu-bumbu pemanis pada perkembangan puisi modern Indonesia saat ini.
Jadi kesimpulanya, banyaknya area publikasi puisi saat ini, benar-benar
dimanfaatkan penyair dengan sangat baik. Sehingga perkembangan puisi Modern
Indonesia melaju pesat. Predikat penyair pun menjadi sangat gampang diberikan
terhadap seorang pencipta puisi. Namun, keberagaman puisi modern serta penyair
Indonesia saat ini belum mampu menciptakan sebuah kondisi gebrakan baru (sebuah
masa baru), seperti dilakukan Chairil pada masa dulu. Walaupun sudah ada
beberapa orang yang mengatakan sekarang ini adalah angkatan 2000 an. Naumun
sebenarnya angkatan 2000 an yang sepertiapakah? Apakah kualitas yang menjadi
tolak ukur sebuah predikat itu. Jawaban itu saya serahkan kembali kepada anda.
No comments:
Post a Comment