Sejarah Puisi Baru di
Indonesia
Sejarah
puisi baru bisa dikatakan berawal dari perkembangan pendidikan formal di
Indonesia. Sebelum itu, puisi (yang disebut puisi lama) di Indonesia umumnya
berbentuk syair, pantun, gurindam dan sebagainya yang bersifat anonim dan
dimiliki masyarakat luas. Selain itu puisi lama cenderung patuh pada
aturan-aturan yang mengikat.
Berbeda
dengan puisi baru yang cenderung bebas, tanpa ikatan. Sejarah puisi baru mulai
berkembang pada tahun 1920 seiring dengan bermunculannya generasi ‘terdidik’.
Angkatan-angkatan dan Perkembangan Puisi Baru
Dalam
perkembangan sastra, setiap masa pasti memiliki ciri khas atau karakteristik
yang secara umum menggambarkan kondisi sosial dan budaya di masanya.
Perkembangan sastra yang paling mencolok di Indonesia, bermula pada angkatan
1920 yang disebut Angkatan Balai Pustaka. Di periode berikutnya, sekitar 1933
lahir lah angkatan pujangga baru dengan tokoh terkenal di bidang prosa bernama
Sutan Takdir Alisahbana (STA). Sedangkan di bidang puisi sendiri ada Amir
Hamzah.
Puisi
baru semakin terkenal saat Chairil Anwar menyuarakan puisi-puisi monumental,
bertema kemanusiaan, perjuangan dan sebagainya yang memperlihatkan keadaan di
masa itu. Hingga akhirnya, ia dijadikan tokoh uang memprakasai lahirnya angkatan
1945. Setelah beberapa lama, baru lah di era 60-an terlahir angkatan 1966 yang
dipelopori oleh Taufik Ismail. Perkembangan dunia puisi hingga menjadi
bentuknya yang sekarang ini dimulai pada tahun 1970-an.
Puisi Modern
Dikatakan
puisi modern karena perkembangan puisi ini terjadi di era modern.
Perkembangannya tentu saja tak lepas dari sejarah masa lalu terutama pada Rejim
Orde Baru. Sebagai pengetahuan, di masa Orde Baru, banyak sekali media-media
yang dibredel oleh pemerintah dengan alasan tidak sesuai dengan ideologi
pemerintahan. Hal tersebut, menyebabkan perkembangan puisi ikut tergerus.
Setelah
Orba runtuh, mencuat lah yang dinamakan kebebasan pers, kebebasan berpendapat
baik secara lisan mau pun tulisan. Rubrik-rubrik sastra di koran dan majalah pun
kembali ramai. Hal ini tentu saja memberikan efek yang positif pada
perkembangan puisi dan sastra secara umum.
Puisi
dan sastra semakin berkembang seiring munculnya badan-badan penerbitan. Entah
itu penerbit besar atau penerbit independent yang banyak melahirkan penulis
indie. Hubungan antara penerbit dan penulis yang bisa dikatakan simbiosis
mutualisme, ternyata mampu memberikan manfaat baik pada perkembangan puisi
maupun dari segi materi.
Tak
bisa dipungkiri juga jika kemajuan puisi di era ini, sangat berhubungan dengan
kemajuan teknologi. Seseorang bisa memublikasikan karyanya dengan sangat mudah,
terutama di media-media sosial, blog dan sebagainya. Semakin tinggi kemajuan
teknologi, menyebabkan arus informasi semakin cepat. Begitu pun dengan perkembangan
puisi, yang saat ini telah berubah dalam segala hal.
Demikian
sekelumit cerita sejarah puisi baru yang ada di Indonesia. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment