Monday, November 24, 2014

Jeram

Air beterjunan dalam jeram

Buihnya memercik ke tebing tempat kami berbaring

Dan ia mengelaikan kepala

Dengan mata meram terpejam

Atas tanganku yang mencari-cari

Arah manakah burung gagak hinggap

yang suaranya nyaring

Memecah ketenangan hutan

Sehabis hujan.


Air beterjunan dalam jeram

Jerom gemuruh dalam darahku

Dan dalam mimpi keabadian yang nyaman

Kubisikkan kata-kata bagaikan desir angin

Mengeringkan keringat atas kening

Sedang mataku memandang tak yakin

Air berbuih yang menghilir

Entah kapan 'kan tiba

Di muara


Air beterjunan dalam jeram

Kata-kata beterjunan dari mulutku

Sungai pun tahu arti muara

Yang tak sia-sia menunggu.


Burung gagak berteriak entah di mana

Dan ia bersenandung entah mengapa

Karena dalam kesesaatan tak terjawab tanya lama


Yang sudah lama hanya tanya: Hingga mana? Pabila?

Mau apa... ?


Dan dengan jari-jari gemetar

Kuyakinkan hatiku sendiri: Segalanya

Berlaku percuma serta sia-sia


Dan perempuan ini 'kan mati dalam kepingin

Karena angin hanya angin


Karena jeram beterjunan dalam diriku

Yang tak mengenal musim kemarau


Air beterjunan dalam jeram

Dan jeram beterjunan dalam darahku.


1962



Oleh :

Ajip Rosidi

No comments:

Post a Comment