Saturday, November 15, 2014

Tentang Maut

Kulihat manusia lahir, hidup, lalu mati

Menerima atau menolak, tak peduli

Dengan tangan dingin namun pasti

Sang Maut datang dan tiap hidup ia akhiri.


Kuperhatikan perempuan sedang mengandung

Wajahnya riang, mimpinya menimang si jabang

Namun kulihat Sang Maut aman berlindung

Dalam rahim sang ibu ia bersarang.


Kuperhatikan bayi lahir

Dan pertama kali udara dia hirup

Dalam tangisnya kudengar Sang Maut menyindir:

"Jangan nangis, kelak pun hidupmu kututup".


Yang kukandung sejak hidup kumulai

Takkan kutolak, meski ia kubenci

Tapi kalau hidupku nak dikunci

Datang Tuhan menawari:

"Sukakah kau hidup semenit lagi?"

Kujawab pasti: "Suka sekali!"


Seperti gelap bagi kanak-kanak, pernah pada Maut aku ngeri

Karena tak berketentuan, bisa nyergap sesuka hati

Membayangi langkah, mengintip menanti saat

Dan bagi kesadaran jadi beban paling berat.

Kupertentangkan ia dengan Hidup yang seolah 'kan dia rebut

Kupilih pihak: Karena pada siksa neraka aku takut;

Namun kini tiada lagi, karena selalu kudapati

Napasnya menghembus dalam tiap hidup yang fana ini.


1960



Oleh :

Ajip Rosidi

No comments:

Post a Comment