Thursday, June 26, 2014

Sajak Peperangan Abimanyu

(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)


Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru. 

Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya. 

Hatinya damai, 

di dalam dadanya yang bedah dan berdarah, 

karena ia telah lunas 

menjalani kewjiban dan kewajarannya.

Setelah ia wafat 

apakah petani-petani akan tetap menderita, 

dan para wanita kampung 

tetap membanjiri rumah pelacuran di kota ? 

Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup. 

Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya 

ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka. 

Saat itu ia mendengar 

nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.

Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa. 

Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan. 

Di saat badan berlumur darah, 

jiwa duduk di atas teratai.

Ketika ibu-ibu meratap 

dan mengurap rambut mereka dengan debu, 

roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala 

untuk menanam benih 

agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas 

– dari zaman ke zaman


Oleh :

W.S. Rendra

No comments:

Post a Comment