Monday, December 22, 2014

Panorama Tanah Air


Di bawah langit yang sama

manusia macam dua : Yang diperah

dan setiap saat mesti rela

mengurbankan nyawa, bagai kerbau

yang kalau sudah tak bisa dipekerjakan, dihalau

ke pembantaian, tak boleh kendati menguak

atau cemeti'kan mendera;

dibedakan dari para dewa

malaikat pencabut nyawa, yang bertuhan

pada kemewahan dan nafsu

yang bagai lautan : Tak tentu dalam dan luasnya

menderu dan bergelombang

sepanjang masa

Di atas bumi yang sama

Manusia macam dua : Yang menyediakan tenaga

tak mengenal malam dan siang,

mendaki gunung, menuruni jurang

tak boleh mengenal sakit dan lelah

bagai rerongkong-rerongkong bernyawa selalu digiring

kalau bukan di kubur tak diperkenankan sejenak pun berbaring

dipisahkan dari manusia-manusia pilihan

yang mengangkat diri-sendiri dan menobatkan

ipar, mertua, saudara, menantu dan sahabat

menjadi orang-orang terhormat dan keramat

yang ludah serta keringatnya

memberi berkat

Di atas bumi yang kaya

manusia mendambakan hidup sejahtera

Di atas bumi yang diberkahi Tuhan

Manusia memimpikan keadilan


(1962)



Oleh :

Ajip Rosidi

No comments:

Post a Comment