Kadang begitu
seringnya
ciuman letih pada
bibirmu
menghabiskan tetes
demi tetes airmatanya sendiri
dan kenangan lain yang
lebih sedih mekar karenanya
Daging bagai
retasan-retasan arang oleh api
tapi toh seakan abadi
Dan mereka yang
menganggapnya tak abadi
karena cemas akan
cintanya sendiri
Begitu diambilnya
langkah: Ia seperti setangkai api
Pada sehelai kertas
yang baru dituliskan
Seseorang atau entah
rangkulan yang menggetarkan
mengambil getaran itu
lagi
dan aku adalah getaran
itu sendiri
Oleh :
Abdul Hadi Wiji Muthari
No comments:
Post a Comment