Monday, July 7, 2014

Sajak Tangan


Inilah tangan seorang mahasiswa, 

tingkat sarjana muda. 

Tanganku. Astaga.

Tanganku menggapai, 

yang terpegang anderox hostes berumbai, 

Aku bego. Tanganku lunglai.

Tanganku mengetuk pintu, 

tak ada jawaban. 

Aku tendang pintu, 

pintu terbuka. 

Di balik pintu ada lagi pintu. 

Dan selalu : 

ada tulisan jam bicara 

yang singkat batasnya.

Aku masukkan tangan-tanganku ke celana 

dan aku keluar mengembara. 

Aku ditelan Indonesia Raya.

Tangan di dalam kehidupan 

muncul di depanku. 

Tanganku aku sodorkan. 

Nampak asing di antara tangan beribu. 

Aku bimbang akan masa depanku.

Tangan petani yang berlumpur, 

tangan nelayan yang bergaram, 

aku jabat dalam tanganku. 

Tangan mereka penuh pergulatan 

Tangan-tangan yang menghasilkan. 

Tanganku yang gamang 

tidak memecahkan persoalan.

Tangan cukong, 

tangan pejabat, 

gemuk, luwes, dan sangat kuat. 

Tanganku yang gamang dicurigai, 

disikat.

Tanganku mengepal. 

Ketika terbuka menjadi cakar. 

Aku meraih ke arah delapan penjuru. 

Di setiap meja kantor 

bercokol tentara atau orang tua. 

Di desa-desa 

para petani hanya buruh tuan tanah. 

Di pantai-pantai 

para nelayan tidak punya kapal. 

Perdagangan berjalan tanpa swadaya. 

Politik hanya mengabdi pada cuaca….. 

Tanganku mengepal. 

Tetapi tembok batu didepanku. 

Hidupku tanpa masa depan.

Kini aku kantongi tanganku. 

Aku berjalan mengembara. 

Aku akan menulis kata-kata kotor 

di meja rektor


Oleh : 

W.S. Rendra

No comments:

Post a Comment