Tuesday, January 26, 2016
Monday, January 25, 2016
Sunday, January 24, 2016
Rahasia
![]() |
rahasia |
Seperti sejumlah kata
Yang menggelepar ke luar
Meniti buih demi buih
Dunia yang terlantar
Seperti sejumlah musim
Yang kering, basah, dan mandi cahaya
Merangkak pada sumbu
jantung kita
Seperti sejumlah risau, benci dan cinta
Yang berpendar pada waktu
Menggaram akar-akar nafsu
Antara Adam lagu impian ziarahmu
Seperti sejumlah kata
Yang menyalin nama-nama
Meniti buih demi buih
jiwa kita
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Saturday, January 23, 2016
Kota Kita di Sini
Kota kita di sini
Dijilat ruh-ruh hidup dan mati
Kota kita di sini
Petak-petak pahir manis dan asam
Menderu diketermanguan
Berpeluh manik-manik logam
Kota kita di sini
Diri kehidupan yang gelisah
Memanjat rumah demi rumah
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Friday, January 22, 2016
Puisi
![]() |
puisi |
Jalan ini berdebu, kekasih
Terbentang di padang rasa
Enam belas matahari memanah dari enam
belas ufuk
Siang pun garang sepanjang kulminasi
Bahak malam mengikut pelan langkah
tertatih
Ketipak bulan putih
Di taman kekasih
Pengantinku
Antara kerikil dan pasir merah
Tersembunyi jejak-jejak yang singgah
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Thursday, January 21, 2016
Cermin
Ada sejuta serigala
Memburu di cermin wajah kita
Lapar dan ganas
Gagak-gagak menyanyi ke arah rimba
Seperti menyayat-nyayat daging kita
Matahari meratap
Dalam remukan-remukan cermin dingin
Telaga mengaca darah hitam
Ada luka yang mengucur darah
Kita ditinggal ngungun bayang cermin ini
Serigala-serigala melulung
Gagak-gagak berteriak
Darah tetap mengucur dari luka demi luka
Kita tiba-tiba pecah dan terserak dalam
cermin
wajah-wajah kita
(0, Yang Ada
Kita hanya berteriak, "aduh!"
dan meraba-raba)
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Wednesday, January 20, 2016
Engkau dan Aku
![]() |
engkau dan aku |
Dahulu kita bertikai
Antara jalanmu jalanku
Sekarang kita sampai
Antara dua siku
Dahulu engkau ke sana
Aku pun melangkah ke anu
Sang Kala memutar kompas di belakang
kita
Sekarang engkau dan aku
Engkau memetik melati
Aku menyiapkan api
Engkau menangis di sini
Aku tak tahu akan pergi
Pintu belantara itu terbuka
Burung-burung rimba berkeliaran
Kita telah sampai di ujung jalan
Memandang tamasya di sana
Siapakah engkau siapakah aku
Siapakah kita yang tersedu di ujung
jalan itu
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Tuesday, January 19, 2016
Dari A ke Z
Lengan-lengan yang capai
Suara gaib itu
Pohon-pohon kadasai
Berjajar membisiki waktu
Ujung cakrawala
Daun violet sayap rama-rama
Sepotong bulan sabit
Mengintip celah-celah luka berdarah
Riap lalang dan kaki-kaki kerbau
Lumpur rawa dan suara serangga
Gigir bukit yang sunyi
Menanti teka-teki
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Monday, January 18, 2016
Sunday, January 17, 2016
Sang Waktu pun Terbangun
Sang waktu pun terbangun dengan 100
matahari
Dan kucuran darah dari nganga
liang-liang luka
Ketika ludah-ludah dunia yang amis
Jatuh rimis pada wajah-wajah kita yang
terbakar
Sang waktu pun terbangun dalam angin
runcing
Dalam suara gaib lorong-lorong hampa dan
bahana cahaya
Ketika kapal-kapal kita pun merapat di
dermaga luka
Dari suatu petang entah di mana
Sang waktu pun terbangun dengan 1000
bianglala
Dan nanah-nanah darah Semesta
Karena 29 anak panah
Merobek rahim jantung lukanya
Sang waktu pun terbangun dalam erangan
ombak-ombak dunia
Dalam bayang bulan hitam ketika mega
jatuh senja
Sang waktu pun terbangun dalam rabu dan
nyali kita
Ketika bahana terakhir menikam
dinding-dinding sukma semesta
Ketika di meja sebuah kitab terbuka siap
dengan daftar nama-nama
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Saturday, January 16, 2016
Senja di Parangtritis
![]() |
senja di parangtritis |
Sayap-sayap camar, gaung-Mu berkabar
Serpotong awan luka
menyingkap wajah-Mu bercadar
Bias larut. Legam laut dan senja tertawa
Ada yang luruh di dada. Busuran ujung
langit terbakar
Suratan-Mu mistery beribu khabar
Riap sunyi bayang-bayang. Menyusup
bendul luka
Di pantai Nyai Roro Kidul. Menanti
kekasih pawang
Dengan sekepal jampi mantera
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Friday, January 15, 2016
Kota
![]() |
Kota |
Kotaku di sini
Gemuruh yang sunyi
Belantara kembara
ke dasar sukma
ke dalam
Kotaku di sini
Bermatahari berbulan
Di bendulnya aku berdiri
Mengaca diri kehidupan
ke lubuk-Mu dalam
Kotaku di gemuruh dada
Di ujung sukma
Megah
Api nur di sana
BaQa
Kotaku, kota kita
Kota umat
Ke mana suatu kali nanti kita berangkat
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Thursday, January 14, 2016
Ketika Soli Deo Gloria Hampir Penghabisan
Kampar waktu pun menghanyutkan kita
Dalam arus zaman
Selalu tiran berceloteh dengan makna
ganda
Seakan pelog-pelog burung malang atas
ranting yang rapuh
Terus memasang sarang dalam bringas
angin puyuh
Di jingga transisi ini
Dewa-dewa mabuk matahari
Mentalkinkan riwayat
Menggiring gamelan yang tiba-tiba
mengatmosfirkan sunyi
Mencuci kemarau pekat
Di aula ini di depan audensia
Terdampar kampar waktu
Dan di tengah padang celoteh aneh ini
Kita saling tuding-menuding
Dalam lilitan benang mursal
Sementara di arah lain angin bangkit
membagal
Pantai niskala. Terkesiap kita tiba-tiba
Tiba-tiba hingar. Ruang: Mahsyarl
(Selalu tertawa waktu membujuk-bujuk
senja
Sambil membetulkan jam yang buru-buru
menunjuk-nunjuk jadwal)
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Wednesday, January 13, 2016
Bunga-Bunga Daun Luruh
![]() |
bunga-bunga daun luruh |
Bunga-bunga daun luruh
Halaman ditinggal adzan
jalanan senyap lubuk terpendam
Ke ujung tangisan
Suara menyapa dalam luruhan
Beranda sunyi menatap halaman
Apakah engkau apakah bosan
Yang setia berdiri di sisi kesepian
Bunga-bunga daun luruh
Halaman itu sunyi ditinggal diam
Pelangi mencium lubuk dan kolam
Kita pun di sini ngungun dalam gerimis
duka jatuh
Menghitung-hitung sukma hari-had dekat
dan jauh
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Tuesday, January 12, 2016
Perjalanan Ini
![]() |
Perjalanan ini |
Perjalanan ini
menyusuri langsai-langsai kehidupan
menyusuri luka demi luka
menyusuri gigiran abad padang-padang
lengang
menyusuri matahari
dan lautan abadi dahsyat sunyi
Perjalanan ini
menyusuri pantai sukma demi sukma
menyusuri geliat urat-urat hari
menyusuri dasar telaga lembah jiwa
dan tanah hitam coklat merah
sepanjang rentangan tali benang-benang
nurani
Perjalanan ini
menyusuri perigi dunia terik kering
adalah jiwa kita yang lelah
Perjalanan ini
menyusuri bumi pahit manis dan langit
asing
adalah kita yang sempoyongan menyandang
berjuta beban
Perjalanan ini
menyusuri hutan bentangan sepi bentangan
api
adalah kita yang menyandang luka dan
seribu jalan
adalah kita yang mendukung senja dan
sejuta salib
hitam
Oleh :
Korrie Layun Rampan
Subscribe to:
Posts (Atom)