Kisah Senja
Telah sekian lama mengembara, lelaki itu akhirnya
pulang
ke rumah. Ia membuka pintu, melemparkan ransel, jaket,
dan sepatu. “Aku mau kopi,” katanya
sambil dilepasnya pakaian kotor yang kecut baunya.
Isterinya masih asyik di depan cermin, bersolek
menghabiskan bedak dan lipstik, menghabiskan sepi
dan rindu. “Aku mau piknik sebentar ke kuburan.
Tolong jaga rumah ini baik-baik. Kemarin ada pencuri
masuk mengambil buku harian dan surat-suratmu."
Tahu senja sudah menunggu, lelaki itu bergegas masuk
ke kamar mandi, gebyar-gebyur, bersiul-siul, sendirian.
Sedang isterinya berlenggak-lenggok di cermin,
mematut-matut diri, senyum-senyum, sendirian.
“Kok belum cantik juga ya?”
Lelaki itu pun berdandan, mencukur jenggot dan kumis,
mencukur nyeri dan ngilu, mengenakan busana baru.
Lalu merokok, minum kopi, ongkang-ongkang, baca koran.
“Aku minggat dulu mencari hidup. Tolong siapkan
ransel, jaket, dan sepatu.” Si isteri belum juga rampung
memugar kecantikan di sekitar mata, bibir, dan pipi.
Ia masih mojok di depan cermin, di depan halusinasi.
Oleh :
Joko Pinurbo
No comments:
Post a Comment