Monday, February 29, 2016

Menara

angin selatan
mendaki pucuk menara
meliukkan puncaknya
dua meter dari tanah

orang berkerumun
dengan mata silau
mengagumi kubah
alangkah indahnya
sungguhkah ini terjadi

dua puluh jari meraba
dua puluh ribu jari meraba
sebenarnya,sebenarnya

beginilah
kalau sudah tiba waktunya
menara pun
merendahkan diri
mencium tanganmu.


Oleh :
Kuntowijoyo

Sunday, February 28, 2016

Suasana 2

Seekor mainan kijang
duduk di atas kursi
hari itu
sudah dijanjikan
sebuah tamasa

Sedang bocah lelaki
diajar ibunya
mengucap selamat datang
ketika Bapa pulang

Diam-diam
mawar kembang di halaman
rumput
mencat mukanya
hijau dan cantik

Sebentar, waktu
Bapa kembali
pintu terbuka
vas di meja
mekar merah warna
selapis taplak sulam sutera
melambai tepinya:
Senyum di mana-mana.



Oleh :
Kuntowijoyo

Saturday, February 27, 2016

Suasana 1

Yang serba kaca
sudah ditanam di kamar
cangkir dengan kopi di dalam
mengawasi pagi
membiarkan uap menyedap kamar

Bapa sedang memandikan bocah
terdengar air berkecibak
Ibu menyiapkan rahmat pagi
memerintah burung di luar
untuk menyanyi
dan angin pagi
melompat jendela
mendandani pipinya

Ingatlah, Ibu menyediakan
kopi dan pipi - untuk dicium
ketika bapa pergi
lunak kulitnya terasa
bagai tangan halus
menghapus sisa duka

Pagi semerbak oleh
wangi tubuhnya
mengantar bapa pergi bekerja.


Oleh :
Kuntowijoyo

Friday, February 26, 2016

Yang Terasing

Ada dinding-dinding di gedung
membagi ruang jadi dua:
engkau dan semesta
Kamar-kamar raksasa
menyimpan hidup
dalam kotak-kotak
Engkau terkapar di sana
terpaku di kursi
tangan ke lantai
dilingkar tembok baja
yang membungkus napasmu

Sedang di luar
hari berjalan sebagai biasa
lewat lorong luas
yang indah hiasannya
mengirim berkas matahari ke kamarmu
memancing duka.


Oleh :
Kuntowijoyo

Thursday, February 25, 2016

Lelaki

Ketika kentong dipukul
bintang-bintang berebut
menenun pagi
jadi samudra

Di laut
naga memukul ombak
perahu tergoyang
bagai mainan
Dua ribu tangan menjinakkan air
menahan gelombang
Halilintar di kepala
bagai isyarat
memaksa laut
menyerahkan diri
untuk dijamah
Pelaut sudah turun
jaring-jaring perkasa
menangkap duyung
yang menggoda cinta
Para lelaki
berdiri di pinggir kapal
mengagumi wajahnya
menarik napas
Lelaki:
yang hanya bercinta di malam hari


Oleh :
Kuntowijoyo

Wednesday, February 24, 2016

Kelahiran

Setelah benih disemaikan
Di pagi pupus menggeliat
Bayi meninggalkan rahim
Memaklumkan kehadiran

Cempaka di jambangan
Menyambut bidadari
Turun memandikan
Bahkan hari menanti
Sampai selesai ia mengeluskan jari
Merestu kelahiran
Membungkus dengan sari
Mendendangkan kehidupan

Para perempuan
Berdandan serba kuning
Pucuk mawar di tangan
Duduk bersila
Menggumam doa-doa

Hari yang semalam dikuburkan
sudah tiba kembali

Selalu kelahiran baru.


Oleh :
Kuntowijoyo

Tuesday, February 23, 2016

Malam

Bayang-bayang bumi
Memalingkan tubuh
Memejam lelah
Meletakkan beban ke tanah

Maka malam pun turun
Memaksa kucing putih
Mengeong di pojok rumah
Memanggil pungguk
Yang sanggup mengundang bulan

Karena hari sedang istirahat
Di ladang angin mengendap
Tidur bersama ibu bumi
Dari kasih mereka
Ilalang berisik
Ditingkah suara jangkrik
Di sungai, air
Pelan-pelan
Melanda pasir

Justru pada tengah malam
Rahasia diungkapkan.


Oleh :
Kuntowijoyo

Thursday, February 18, 2016

Perjalanan ke Langit

Bagi yang merindukan
Tuhan menyediakan
Kereta cahaya ke langit
Kata sudah membujuk
Bumi untuk menanti

Sudah disiapkan
Awan putih di bukit
Berikan tanda
Angin membawamu pergi
Dari pusat samudera

Tidak cepat atau lambat
Karena menit dan jam
Menggeletak di meja
Tangan gaib mengubah jarum-jarumnya
Berputar kembali ke-0

Waktu bagi salju
Membeku di rumputan
Selagi kaulakukan perjalanan.


Oleh :
Kuntowijoyo

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Wednesday, February 17, 2016

Alam Sedang Berdandan

Tangan yang tak nampak
Menjentikkan kasih ke pohonan
Semi di cabang-cabang
Adapun di rumputan
Seribu warna jambon
Memberikan madunya
Pada lebah dan kupu-kupu

Wahai yang menghias diri di air sungai
Simpanlah senja di bawah batu-batu
Angsa putih ingin mencelupkan bulu
Menuai ikan-ikanmu

Perawan mencuci mukanya
Masih tertinggal wangi kulitnya di permukaan
Ketika burung mandi dan menyanyi

Terdengar bagai engkau bangkit kembali
Tangan yang tak nampak
Mendandani.


Oleh :
Kuntowijoyo

Tuesday, February 16, 2016

Elegi

Gerimis pun memahat-mahat kaca
jendela. Dan di luar pintu
kita masih setia menunggu
musim tak lalu !
Bunga-bunga. Aromanya mengeras
di atas lanyai bumi
Dan kematian selalu memanggil-manggil
usia ! dari balik jendela
nestapa. Mengelupas kita dalam dingin menggigil
Betapa pahit dosa dan cinta
di mulut kita
yang dikunyah : darah
Di jendela tinggal matahari.
Berahi dan bunga sepi.


Oleh :
Korrie Layun Rampan

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Monday, February 15, 2016

Perjalanan

Bayangan kekasih yang tulus
Pergi bersama matahari
Bumipun pupus segala tuntas dan aus
Juga sunyi nyanyian kudus
Siapa yang menyeru dari balik hari
Mengetuk lukuk likukan nurani
Segala hanyut : jiwa dan hati
Tuhanku yang di pintu menanti ?
Irama yang salih menyeru malam putih
Gadiskukah yang di sana melambai sayup
Aku terhenyak aku masih merangkai tasbih
Menyisir peluru menyisih dosa hujan yang kuyub
Pada meja aku menghabiskan gelas
Tuak dan Tuhan dan kekasih yang tak ternoda
Menyanyikan keras-keras firman dari kitab pada nabi
Seru-Mu dari sunyi : ‘Fajar ! Fajar ! Matahari !’


Oleh :
Korrie Layun Rampan

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Sunday, February 14, 2016

Menunggu Malam di Sini

Menunggu malam di sini
Menunggu laut dan pantai legam
menunggu matahari
Dan seluruh gambar perwujudan

Menunggu malam di sini
menunggu genderang pembebasan
Yang ditabuh ruh-ruh
Dari puncak seribu menara

Menunggu malam di sini
Menunggu kapal-kapal dan sampan nelayan
Menunggu gelepar camar dan harum sayap rama-rama
Serta angin yang membersihkan pelabuhan di malam sisa

Menunggu malam di sini
Menunggu warna-warna mimpi
Yang dipukuli ombak
Menunggu malam di sini
Menunggu bisik-bisik harap
Menunggu langit pijaran api
Dan suara-suara gaib
Melayah ombak yang dahaga sendiri



Oleh :
Korrie Layun Rampan

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Saturday, February 13, 2016

Adakah Engkau Tetap di Sana

Adakah engkau tetap di sana
Memandang awan raib dan pasir penuh bulan
Adakah engkau tetap di sana
Memandang teka-teki nasib ini
Memandang gelepar sayap kata-kata
Yang disusun menurut abjad dengan raji dan setia

Adakah engkau tetap di sana
Memandang kelabu kota dan bumi yang gempita
Memandang burung dan dentur ombak dari rahim telaga
Yang menderu tak kenal waktu mendepak bingkai pematang kita

Adakah engkau tetap di sana
Memandang dan memandang lagi
Memandang bayang-bayang yang dihalau kemarau

Memandang senjakala
Dan iringan sayap-sayap kelelawar
Yang memintas-mintas senja samar



Oleh :
Korrie Layun Rampan

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Friday, February 12, 2016

Sepasang Burung

(Sepasang burung menyerbu pucuk-pucuk bakau
Sepasang burung berlagu menghalau kemarau)

Tinggal gemuruh. Gemuruh hari
Tinggal terik yang keluh kesah
Sepasang dua sejoli
Memandang awan singgah

(Sepasang burung melayah cemara-cemara kota
Sepasang burung berkisah tentang senja)



Oleh :
Korrie Layun Rampan

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Thursday, February 11, 2016

Serenade Hampir Penghabisan

Dari pantai itu masih terdengar ujung siul
Dan lagu burung menyambut matahari dan mega timbul

Adalah taman dan bulan mengeras pada padas
Dan sepotong sajak dari bait terlepas

Selebihnya tapak kaki pada pasir tertimbun
Ketika angin mati gemetar menyinggahi rumpun



Oleh :
Korrie Layun Rampan

Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Wednesday, February 10, 2016

Surat

Surat ini
Kembang merah dalam hijau
Di bibir danau

Surat ini
Bunga putih dalam biru
Mekar di dasar benua
Dada penyair yang gelisah

Surat ini
Lukisan hari demi hari
Bisik riuh sukma kehidupan
Ke gigir telaga pualam

Surat ini
Untaian kalung khatulistiwa
Yang terserak di antara kita



Oleh :
Korrie Layun Rampan



Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Tuesday, February 9, 2016

Dari Rimba Kehidupan

Hutan daun-daun pohon
Menjangan di sisi telaga
Ada jerit dari rahim bumi tertahan
Geliat menjangan diterkam lawan

Bundakah itu atau langit pemberi kehidupan
Atau Kau atau siapa bersisi api sunyi
Kegelisahan ini adalah pertempuran
Bila reda bila gapai penghabisan

Jauh ada senyap dekat sukma dedaunan
Desah bisik-bisik musim ke ujung kehidupan
Gelepar sayap rantai dari lubuk jauhari
Ke rongga telaga itu jerit yang sunyi

Menjangan, telaga, dedaunan hijau
Sejuta senja terbantun
Kau dan aku dalam ngungun waktu
Kau dan akul



Oleh :
Korrie Layun Rampan



Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Monday, February 8, 2016

Kutulis

Kutulis dalam senyum
Hari-hari yang ranum
Sekepal puisi cinta
Membantun sukma kehidupan

Kutulis dalam tangis
Hari-hari yang manis
Sekepal puisi cinta
Gairah dada remaja

Kutulis dalam tawa
Hari-hari berlumur duka
Sekepal puisi cinta
Melayah bicara



Oleh :
Korrie Layun Rampan




Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Sunday, February 7, 2016

Dalam Kirai Sayap Waktu

Dalam kirai sayap waktu
Engkaukah di situ
Suara samar lirih
Seakan-akan merangkai tasbih

Gugusan kebun apel
Suara serangga
Meramu kehidupan

Seekor serangga
Meramu daun hijau
Seekor serangga
Membangunkan rumahnya



Oleh :
Korrie Layun Rampan




Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Saturday, February 6, 2016

Doa Seorang Bocah Tuna

Berikan padaku pagi
Cahaya dan kebun bunga
Sungai membelah cakrawala
Lubuk-Mu kaca

Berikan padaku siang
Terik didih warna kehidupan
Benua jauh dan tanjung pulau
Tugu-Mu yang kukuh di tengah desau

Berikan padaku senja
Cangkir kopi, perapian dan buku tua
Kacara rabun dan pantai sejarah
Bukit-Mu megah



Oleh : Korrie Layun Rampan



Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Friday, February 5, 2016

1973


Antara baunan jejak-jejak waktu
Dan 1.000.000 luka bayang
Kitalah musafir hilang
Mencari gelepar sisa pagi

Adalah perih luka
Garaman cuka peristiwa-peristiwa hari
Adalah 1001 tangan topan
Memukul jantung pelabuhan penghabisan

Tinggal torehan-torehan impian
Pada wajah dan seluruh tubuh
Bersimbah darah dan peluh



Oleh : Korrie Layun Rampan



Sekilas tentang Korrie Layun Rampan


BIODATA


Lahir : Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa : Dayak Benuaq
Angkatan : 1970-an
Kewarganegaraan : Indonesia
Ayah : Paulus Rampan
Ibu : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

Lebih lengkapnya bisa dilihat disini

Thursday, February 4, 2016

Korrie Layun Rampan



BIODATA


Lahir                           :  Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953
Meninggal                   : 19 November 2015, pada umur 62 tahun
Pekerjaan                   : penulis, sastrawan, politisi
Suku Bangsa                 : Dayak Benuaq
Angkatan                     : 1970-an
Kewarganegaraan         : Indonesia
Ayah                            : Paulus Rampan
Ibu                              : Martha Renihay-Edau Rampan
Buku                           : Upacara, Api Awan Asap, Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia, dll

MASA KECIL


Korrie muda tinggal di Yogyakarta. Di kota itu pula ia menjalani masa kuliah. Di saat kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia bergabung dengan Persada Studi Club, sebuah klub sastra yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Di dalam grup ini lahir sejumlah sastrawan ternama, seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Achmad Munif,  Arwan Tuti Artha, Suyono Achmad Suhadi, R.S, Eko Tunas, Ebiet G. Ade.

KARIER

Korrie bekerja dimulai pada 1978 di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, Korrie mengajar, dan menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah, Jakarta, serta menjadi penyiar di TVRI Studio Pusat, Jakarta dan RRI. Sejak Maret 2001 Korrie menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sendawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di samping itu, Korrie juga sempat mengajar di Universitas Sendawar, Melak, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Saat Pemilu 2004 Korrie sempat duduk sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Kutai Barat, tetapi kemudian mengundurkan diri karena mengikuti pencalonan anggota DPRD. Oleh konstituen, ia dipercayakan mewakili Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009. Sebagai anggota DPRD, Korrie menjabat sebagai Ketua Komisi I. Meskipun telah menjadi angota DPRD, Korrie tetap aktif menulis karena tugasnya sebagai jurnalis dan duta budaya. Berbagai karya telah ditulisnya berupa novel, cerpen, puisi, cerita anak, dan esai.

BEBERAPA BUKU :

1.       Upacara
2.       Api Awan Asap
3.       Tokoh-tokoh Cerita Pendek Indonesia
4.       WAHAI
5.       Melintas Malam
6.    Manusia Langit: Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Timur 
7.    Batapan : Kumpulan Cerita Pendek
8.    Bunga
9.    Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia
10.  Acuh Tak Acuh – Kumpulan Cerpen
11.  Lingkaran Kabut
12.  Perjalanan Ke Negeri Damai
13.  Rindu
14.  Kayu Naga
15.  Bingkisan Petir: Antologi Cerita Pendek Cerpenis Kalimantan Timur 
16.  Percintaan Angin
17.  Tarian Gantar
18.  Angkatan 2000 Dalam Sastra Indonesia 
19.  80 Sajak Puncak dalam Sejarah Sastra Indonesia 
20.  Hitam : Kumpulan cerita pendek 
21.  Upacara Bulan
22.  Asal-Usul Api
23.  Leksikon susastra Indonesia 
24.  Wanita di Jantung Jakarta 
25.  Wanita Penyair Indonesia 
26.  Suara Kesunyian
27.  Nyanyian Kekasih 
28.  Pohon - pohon Raksasa di Rimba Nusantara : Kumpulan Puisi Anak-anak 
29.  Profil Perempuan Pengarang, Peneliti dan Penerbit di Indonesia 
30.  Perhiasan matahari: kumpulan cerita pendek 

Korrie menerjemahkan sekitar seratus judul buku cerita anak dan puluhan judul cerita pendek dari para cerpenis dunia, seperti Leo Tolstoy, Knut Hamsun, Anton Chekov, O'Henry, dan Luigi Pirandello. Novelnya, Upacara dan Api Awan Asap, meraih hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta, 1976 dan 1998. Beberapa cerpen, esai, resensi buku, cerita film, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia Langit (1997). Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di tingkat SD, SLTP, SMU, dan perguruan tinggi, di antaranya Aliran-Jenis Cerita Pendek.

Beberapa cerita film, esai, cerpen, resensi buku, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia Langit (1997). Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di tingkat SD, SLTP, SMU, dan perguruan tinggi, di antaranya Aliran-Jenis Cerita Pendek.