Monday, September 21, 2015

Minggu Pagi di Sebuah Puisi


Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah

ketika hari masih remang dan hujan, hujan

yang gundah sepanjang malam

menyirami jejak-jejak huruf

yang bergegas pergi, pergi berbasah-basah ke sebuah ziarah.

Bercak-bercak darah bercipratan di rerumpun2 aksara

di sepanjang via dolorosa.

Langit kehilangan warna, jerit kehilangan suara.

Sepasang perempuan - panggil: sepasang kehilangan-

berpapasan di jalan kecil yang tak dilewati kata-kata

"Ibu hendak ke mana?" Perempuan muda itu menyapa.

"Aku akan cari dia di Golgota, yang artinya:

tempat penculikan," jawab ibu yang pemberani itu

sambil menunjukkan potret anaknya

"Ibu, saya habis bertemu Dia di Jakarta, yang artinya:

surga para perusuh," kata gadis itu sambil bersimpuh.

Gadis itu Maria Magdalena, artinya: yang terperkosa.

Lalu katanya: "Ia telah menciumku sebelum diseret

ke ruang eksekusi. Padahal Ia cuma bersaksi

bahwa agama dan senjata telah menjarah

perempuan lemah ini.

Sungguh Ia telah menciumku dan mencelupkan jariNya

pada genangan dosa di sunyi-senyap vagina

pada dinding gua yang pecah-pecah, yang lapuk

pada liang luka, pada gawuk yang remuk."

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah

ketika hari mulai terang, kata-kata telah pulang

dari makam, iring-iringan demonstran

makin panjang, para serdadu

berebutan kain kafan, dan dua perempuan

mengucapkan salam: Siapa masih berani menemani Tuhan?



Oleh :

Joko Pinurbo

No comments:

Post a Comment