Tuesday, May 13, 2014

Puisi Kembalikan Indonesia Padaku

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,

Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,

sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,

yang menyala bergantian,

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam

dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,

Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam

karena seratus juta penduduknya,

Kembalikan

Indonesia

padaku

Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam

dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,

Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam

lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,

dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,

sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,

Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang

sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam

dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,

Kembalikan

Indonesia

padaku

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam

dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,

Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam

karena seratus juta penduduknya,

Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,

sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,

Kembalikan

Indonesia

padaku

Monday, May 12, 2014

Membaca Tanda - Tanda

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas

dari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanya

tak begitu jelas

tapi kini kita mulai merindukannya

Kita saksikan udara

abu-abu warnanya

Kita saksikan air danau

yang semakin surut jadinya

Burung-burung kecil

tak lagi berkicau pagi hari

Hutan kehilangan ranting

Ranting kehilangan daun

Daun kehilangan dahan

Dahan kehilangan

hutan

Kita saksikan zat asam

didesak asam arang

dan karbon dioksid itu

menggilas paru-paru

Kita saksikan

Gunung memompa abu

Abu membawa batu

Batu membawa lindu

Lindu membawa longsor

Longsor membawa air

Air membawa banjir

Banjir membawa air

air

mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda

Bisakah kita membaca tanda-tanda?Allah

Kami telah membaca gempa

Kami telah disapu banjir

Kami telah dihalau api dan hama

Kami telah dihujani abu dan batu

Allah

Ampuni dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membaca

Seribu tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanya

mulai lepas dari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanya

tak begitu jelas

tapi kini kami

mulai

merindukannya.

Karena Kasihmu

Karena kasihMu

Engkau tentukan waktu

Sehari lima kali kita bertemu


Aku anginkan rupamu

Kulebihi sekali

Sebelum cuaca menali sutera


Berulang-ulang kuintai-intai

Terus-menerus kurasa-rasakan

Sampai sekarang tiada tercapai

Hasrat sukma idaman badan


Pujiku dikau laguan kawi

Datang turun dari datuku

Di ujung lidah engkau letakkan

Piatu teruna di tengah gembala


Sunyi sepi pitunang poyang

Tadak meretak dendang dambaku

Layang lagu tiada melangsing

Haram gemerencing genta rebana


Hatiku, hatiku

Hatiku sayang tiada bahagia

Hatiku kecil berduka raya

Hilang ia yang dilihatnya.

Sunday, May 11, 2014

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran

“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus.

Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga

Ke Wisconsin aku dapat beasiswa

Sembilan belas lima enam itulah tahunnya

Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia

Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia

Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda

Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,

Whitefish Bay kampung asalnya

Kagum dia pada revolusi Indonesia

Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya

Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama

Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya

Dadaku busung jadi anak Indonesia

Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy

Dan mendapat Ph.D. dari Rice University

Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army

Dulu dadaku tegap bila aku berdiri

Mengapa sering benar aku merunduk kini

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak

Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza

Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata

Dan kubenamkan topi baret di kepala

Malu aku jadi orang Indonesia

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,

Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi

berterang-terang curang susah dicari tandingan,

Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu

dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek

secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,

Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,

senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan

peuyeum dipotong birokrasi

lebih separuh masuk kantung jas safari,

Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,

anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,

menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,

agar orangtua mereka bersenang hati,

Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum

sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas

penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,

Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan

sandiwara yang opininya bersilang tak habis

dan tak utus dilarang-larang,

Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata

supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,

Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,

ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,

sekarang saja sementara mereka kalah,

kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka

oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,

Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia

dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,

kabarnya dengan sepotong SK

suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,

Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,

lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,

Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,

fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,

Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat

jadi pertunjukan teror penonton antarkotacuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita

tak pernah bersedia menerima skor pertandingan

yang disetujui bersama,Di negeriku rupanya sudah diputuskan

kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,

lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil

karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,

sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,

Di negeriku ada pembunuhan, penculikan

dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,

Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,

Nipah, Santa Cruz dan Irian,

ada pula pembantahan terang-terangan

yang merupakan dusta terang-terangan

di bawah cahaya surya terang-terangan,

dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai

saksi terang-terangan,

Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,

tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang

menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak

Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza

Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata

Dan kubenamkan topi baret di kepala

Malu aku jadi orang Indonesia

Friday, May 9, 2014

Sajak Putih

Bersandar pada tari warna pelangi

Kau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengalun bergelut senda


Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba

Meriak muka air kolam jiwa

Dan dalam dadaku memerdu lagu

Menarik menari seluruh aku


Hidup dari hidupku, pintu terbuka

Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka

Antara kita Mati datang tidak membelah…

Persetujuan Dengan Bung Karno

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu

dipanggang diatas apimu, digarami lautmu

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut


Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

Thursday, May 8, 2014

Hanyut Aku

Hanyut aku, Kekasihku!

Hanyut aku!

Ulurkan tanganMu, tolong aku

Sunyinya sekelilingku!


Tiada suara kasihan,

Tiada angin mendingin hati,

Tiada air menolak ngelak,

Dahagakan kasihMu,

Hauskan bisikMu,Mati aku disebabkan diamMu.


Langit menyerkap,

Air berlepas tangan, aku tenggelam.


Tenggelam dalam malam

Air di atas menindih keras

Bumi di bawah menolak ke atas

Mati aku, Kekasihku, mati aku!

Hanya Satu

Timbul niat dalam kalbumu

Terban hujan, ungkai badai

Terendam karam

Runtuh ripuk tamanmu rampak


Manusia kecil lintang pukang

Lari terbang jatuh duduk

Air naik tetap terus

Tumbang bungkar pokok purba


Teriak riuh redam terbelam

Dalam gegap gempita guruh

Kilau kilat membelah gelap

Lidah api menjulang tinggi


Terapung naik jung bertudung

Tempat berteduh nuh kekasihmu

\Bebas lepas lelang lapang

Di tengah gelisah, swara sentosa


***


Bersemayam sempana di jemala gembala

Duriat jelita bapakku Ibrahim

Keturunan intan dua cahaya

Pancaran putera berlainan bunda .


Kini kami bertikai pangkai

Di antara dua, mana mutiara

Jauhari ahli lalai menilai

Lengah langsung melewat abad.


Aduh kekasihku

Padaku semua tiada berguna

Merasa dikau dekat rapat

Serupa Musi di puncak Tursina.

Wednesday, May 7, 2014

Puisi Untuk Dinda

Jenuh menjamur tak terhingga

Menunda cinta akar rasa

Bunda ceria anak derita

Terungkap kata dalam tawa


Air mengalir terus berjuang

Menuntun hati, jiwa dan raga

Temui bintang satu malam

Dinda sayang berlembar di kertas putih


Satu cinta dua makna

Terukir indah saat sendu

Menguras keringat mengundang sukma

Lantaran kasih yang selalu sirna


Dinda kasih yang kucinta

Berjuta kata beribu arti telah terbentang

Menjadikan semua jadi hidup

Karna ini kubuat hanya untukmu

Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa

Jika adalah yang harus kaulakukan

Ialah menyampaikan kebenaran

Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan

Ialah ang bernama keyakinan

Jika adalah yang harus kau tumbangkan

Ialah segala pohon-pohon kezaliman

Jika adalah orang yang harus kauagungkan

Ialah hanya Rasul Tuhan

Jika adalah kesempatan memilih mati

Ialah syahid di jalan Ilahi.

Tuesday, May 6, 2014

Rumahku

Rumahku dari unggun-timbun sajak

Kaca jernih dari luar segala nampak


Kulari dari gedong lebar halaman

Aku tersesat tak dapat jalan


Kemah kudirikan ketika senjakala

Di pagi terbang entah ke mana


Rumahku dari unggun-timbun sajak

Di sini aku berbini dan beranak


Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang

Aku tidak lagi meraih petang

Biar berleleran kata manis madu

Jika menagih yang satu

Yang Terampas Dan Yang Putus

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,

Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,


Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin


Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;


Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

Monday, May 5, 2014

Berdiri Aku

Berdiri aku di senja senyap

Camar melayang menepis buih

Melayah bakau mengurai puncak

Berjulang datang ubur terkembang


Angin pulang menyeduk bumi

Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi

Berayun-ayun di atas alas.


Benang raja mencelup ujung

Naik marak mengerak corak

Elang leka sayap tergulung

dimabuk wama berarak-arak.


Dalam rupa maha sempuma

Rindu-sendu mengharu kalbu

Ingin datang merasa sentosa

Menyecap hidup bertentu tuju.

Permainanmu


Kau keraskan kalbunya

Bagai batu membesi benar

Timbul telangkaimu bertongkat urat

Ditunjang pengacara petah pasih


Di hadapanmu lawanmu

Tongkatnya melingkar merupa ular

Tangannya putih, putih penyakit

Kekayaanmu nyata, terlihat terang


Kekasihmu ditindasnya terus

Tangan,tapi tersembunyi

Mengunci bagi paten

Kalbu ratu rat rapat


Kau pukul raja-dewa

Sembilan cambuk melecut dada

Putera-mula peganti diri

Pergi kembali ke asal asli


Bertanya aku kekasihku

Permainan engkau permainkan

Kau tulis kau paparkan

Kau sampaikan dengan lisan


Bagaimana aku menimbang

Kau lipu lipatkan

Kau kelam kabutkan

Kalbu ratu dalam genggammu


Kau hamparkan badan

Di tubir bibir pantai permai

Raja ramses penaka durjana

Jadi tanda di hari muka


Bagaimana aku menimbang

Kekasihku astana sayang

Ratu restu telaga sempurna

Kekasihku mengunci hati

Bagi tali disimpul mati.

Sunday, May 4, 2014

Event and Promo


Untuk Aplikasi Android, anda bisa comment di blog ini ....
Aplikasi Android seperti :
1. Antivirus (AVG, dll)
2. Games (Subway Surfes, Talking Tom, dll)
3. Social Media (BBM, Facebook, Twitter)
4. Aplikasi Android Sederhana (Kumpulan Puisi Dwiki, dll)
5. Jasa Download (Film, Game, Software, dll)

Untuk Jasa Download
untuk pengantaran barang bisa menggunakan CD melalui JNE ataupun bisa langsung copas (copy paste) jika jarak dekat dengan pihak kami, untuk pemesanan juga bisa disini

Untuk Install Ulang ada Windows XP, Windows 7, Windows 8
Untuk Game bisa dengan memesan terlebih dahulu lalu dirundingkan mengenai tempo selesainya,

Untuk info lebih lanjut dan Jika ada yang berminat dapat menghubungi saya di
089654859513

Jangan sampai terlewat yaa ... :)

Memang Selalu Demikian, Hadi

Setiap perjuangan selalu melahirkan

Sejumlah pengkhianat dan para penjilat

Jangan kau gusar, Hadi.


Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita

Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang

Jangan kau kecewa, Hadi.


Setiap perjuangan yang akan menang

Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian

Dan para jagoan kesiangan.


Memang demikianlah halnya, Hadi.

Puisi Digital Menjadi Puisi Modern

Seorang pengajar di Universitas Brisbane mempopulerkan puisi digital interaktif dan berhasil menarik perhatian jutaan penonton setiap tahunnya. Ia memprediksi puisi digital akan merajai karya sastra puisi di masa depan.

Penulis puisi digital Jason Nelson 
Dosen otodidak, pendiri situs secrettechnology.com, Jason Nelson mengatakan ia awalnya menulis puisi yang ditulis dan dicetak secara tradisional. Tapi kecintaanya kepada teknologi, dikombinasi dengan rasa frustasinya yang tidak bisa diungkapkan oleh dirinya sendiri,  membawa Nelson bereksperimen dengan puisi digital.
"Saya selalu tertarik dengan bagaimana alat peranti lunak bisa digunakan dalam karya-karya kreatif dan kemudian saya mulai bereksprimen bagaimana jika alat-alat interaktif  seperti mesin permainan dan kode situs,  digunakan untuk membentuk ulang sebuah puisi,” kata Nelson.
Tahun lalu, puisi digital Nelson telah dipamerkan di sebuah galeri di New York, di Perpustakaan  Nasional Perancis, Universitas Edinburg, diarsipka  di Perpustakaan Kongres AS dan tersebar viral ke seluruh dunia lewat berbagai jaringan di internet.
"Mengawali karir saya dalam kesendirian memberi pengaruh besar buat karya puisi digital saya, itu memberi sentuhan tampilan dan rasa yang unik,” katanya Nelson dari Universitas Griffith.
"Saya menciptakan banyak hal yang tidak dilakukan penulis puisi lain di bidang sastra elektronik,” katanya.
Puisi digital adalah karya sastra yang lahir dari kombinasi teknologi dan puisi.  Penulis menggunakan banyak elemen multimedia seperti teks kritis - suara, gambar, gerakan, video, interaktivitas dan kata-kata yang dikombinasikan untuk menciptakan bentuk-bentuk puisi baru dan pengalaman.
Sementara puisi digital Nelson menampung banyak bentuk, semua karyanya dapat diklasifikasikan di bawah payung sastra elektronik, sebuah genre yang berasal dari lingkungan digital dan membutuhkan perhitungan digital untuk dikonsumsi oleh pembaca.

Sekretaris Organisasi Sastra Elektronik, Davin Heckman mengatakan gaya unik Nelson dan dedikasinya atas karya karya yang telah dilakukan untuk membantu menumbuhkan industri sastra elektronik.
"Nelson sangat dihormati di komunitas sastra elektronik dan itu merefleksikan kualitas karyanya,” kata Heckman.
Masa depan puisi
Dalam beberapa dekade terakhir, sastra elektronik popularitasnya terus meroket, seiring dengan perkembangan teknologi yang terus membuka pintu bagi inovasi di dunia digital.
Meski demikian, Profesor Heckman mengatakan pusisi yang ditulis secara tradisional masih tetap relevan  bagi masyasrakat modern
"Saya harap puisi digital tidak akan menyingkirkan puisi tradisional,” katanya.
"Meskipun menyukai puisi digital, tapi saya masih tetap menggunakan secarik kertas dan pensil dan menulis puisi, kedua alat itu masih menjadi alat yang sangat kuat mendorong karya saya,” kata Heckman.
Nelson sepakat dengan pendapat profesor Heckman. Ia menilai puisi tradisional akan selalu mendapat tempat khusus. Tapi puisi digital menurutnya akan menjadi  mada depan puisi.
"Saya yakin pusis digital akan mengambil alih kejayaan puisi cetak,”kata Nelson.
"Ketika karya puisi digital diciptakan menjadi seperti game komputer, dimainkan dan game komputer kita ketahui mampu menark perhatian jutaan pembaca, sementara puisi tradisional yang dicetak paling hanya  mampu menarik pembaca ratusan saja. Jadi saya pikir media digital sudah jelas akan menjadi masa depan pusisi.
"Saat ini saja kebanyakan orang mengakses berita, hiburan bahkan lowongan kerja lewat media digital, ya begitu juga nasib puisi dan seni lain pada akhirnya  nanti,” tegas Nelson yakin
Oleh karena itu Nelson mendorong agar pengarang puisi tradisional mendobrak batas-batas mereka dan mulai berkarya di puisi digital juga.
Meski demikian menurut Nelson untuk menciptakan puisi digital tidak harus punya kemampuan komputer atau teknologi yang tinggi,” kata nelson.
"Saya saja memulai karya puisi digital saya hanya dengan teknologi yang relatif sederhana yaitu google Maps,’ katanya.
"Misalnya anda dapat menciptakan  pusis digital mengenai tempat, gunakan teks dan video gambar kemudian gulingkan di google maps untuk menciptakan puisi interaktif,” sarannya.
Nelson yakin hal terpenting dalam menciptakan puisi digital adalah keunikan dan keaslian  gagasan, buka masalah penguasaan teknologi.

Berkembangnya sastra digital juga telah mendorong gagasan untuk membuat data base karya sastra digital Australia. Database ini akan diluncurkan awal tahun ini.