Tuesday, May 13, 2014
Monday, May 12, 2014
Membaca Tanda - Tanda
Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas
dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kita mulai merindukannya
Kita saksikan udara
abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau
yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil
tak lagi berkicau pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan
hutan
Kita saksikan zat asam
didesak asam arang
dan karbon dioksid itu
menggilas paru-paru
Kita saksikan
Gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir membawa air
air
mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda?Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani abu dan batu
Allah
Ampuni dosa-dosa kami
Beri kami kearifan membaca
Seribu tanda-tanda
Karena ada sesuatu yang rasanya
mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari
Karena ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kami
mulai
merindukannya.
Karena Kasihmu
Karena kasihMu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan
Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Di ujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna di tengah gembala
Sunyi sepi pitunang poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana
Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya.
Sunday, May 11, 2014
Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufik Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkotacuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia
Friday, May 9, 2014
Sajak Putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
Persetujuan Dengan Bung Karno
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Thursday, May 8, 2014
Hanyut Aku
Hanyut aku, Kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,Mati aku disebabkan diamMu.
Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!
Hanya Satu
Timbul niat dalam kalbumu
Terban hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba
Teriak riuh redam terbelam
Dalam gegap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
Terapung naik jung bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
\Bebas lepas lelang lapang
Di tengah gelisah, swara sentosa
***
Bersemayam sempana di jemala gembala
Duriat jelita bapakku Ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putera berlainan bunda .
Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad.
Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Merasa dikau dekat rapat
Serupa Musi di puncak Tursina.
Wednesday, May 7, 2014
Puisi Untuk Dinda
Jenuh menjamur tak terhingga
Menunda cinta akar rasa
Bunda ceria anak derita
Terungkap kata dalam tawa
Air mengalir terus berjuang
Menuntun hati, jiwa dan raga
Temui bintang satu malam
Dinda sayang berlembar di kertas putih
Satu cinta dua makna
Terukir indah saat sendu
Menguras keringat mengundang sukma
Lantaran kasih yang selalu sirna
Dinda kasih yang kucinta
Berjuta kata beribu arti telah terbentang
Menjadikan semua jadi hidup
Karna ini kubuat hanya untukmu
Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
Tuesday, May 6, 2014
Rumahku
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
Yang Terampas Dan Yang Putus
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.
Monday, May 5, 2014
Berdiri Aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyeduk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas.
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
dimabuk wama berarak-arak.
Dalam rupa maha sempuma
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
Permainanmu
Kau keraskan kalbunya
Bagai batu membesi benar
Timbul telangkaimu bertongkat urat
Ditunjang pengacara petah pasih
Di hadapanmu lawanmu
Tongkatnya melingkar merupa ular
Tangannya putih, putih penyakit
Kekayaanmu nyata, terlihat terang
Kekasihmu ditindasnya terus
Tangan,tapi tersembunyi
Mengunci bagi paten
Kalbu ratu rat rapat
Kau pukul raja-dewa
Sembilan cambuk melecut dada
Putera-mula peganti diri
Pergi kembali ke asal asli
Bertanya aku kekasihku
Permainan engkau permainkan
Kau tulis kau paparkan
Kau sampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
Kau lipu lipatkan
Kau kelam kabutkan
Kalbu ratu dalam genggammu
Kau hamparkan badan
Di tubir bibir pantai permai
Raja ramses penaka durjana
Jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
Kekasihku astana sayang
Ratu restu telaga sempurna
Kekasihku mengunci hati
Bagi tali disimpul mati.
Sunday, May 4, 2014
Event and Promo
Untuk Aplikasi Android, anda bisa comment di blog ini ....
Aplikasi Android seperti :
1. Antivirus (AVG, dll)
2. Games (Subway Surfes, Talking Tom, dll)
3. Social Media (BBM, Facebook, Twitter)
4. Aplikasi Android Sederhana (Kumpulan Puisi Dwiki, dll)
5. Jasa Download (Film, Game, Software, dll)
Untuk Jasa Download
untuk pengantaran barang bisa menggunakan CD melalui JNE ataupun bisa langsung copas (copy paste) jika jarak dekat dengan pihak kami, untuk pemesanan juga bisa disini
Untuk Install Ulang ada Windows XP, Windows 7, Windows 8
Untuk Game bisa dengan memesan terlebih dahulu lalu dirundingkan mengenai tempo selesainya,
Untuk info lebih lanjut dan Jika ada yang berminat dapat menghubungi saya di
089654859513
Memang Selalu Demikian, Hadi
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi.
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi.
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi.
Puisi Digital Menjadi Puisi Modern
Seorang pengajar di
Universitas Brisbane mempopulerkan puisi digital interaktif dan berhasil
menarik perhatian jutaan penonton setiap tahunnya. Ia memprediksi puisi digital
akan merajai karya sastra puisi di masa depan.
Penulis puisi digital
Jason Nelson
Dosen otodidak, pendiri
situs secrettechnology.com, Jason Nelson mengatakan ia awalnya menulis puisi
yang ditulis dan dicetak secara tradisional. Tapi kecintaanya kepada teknologi,
dikombinasi dengan rasa frustasinya yang tidak bisa diungkapkan oleh dirinya
sendiri, membawa Nelson bereksperimen dengan puisi digital.
"Saya selalu
tertarik dengan bagaimana alat peranti lunak bisa digunakan dalam karya-karya
kreatif dan kemudian saya mulai bereksprimen bagaimana jika alat-alat
interaktif seperti mesin permainan dan kode situs, digunakan untuk
membentuk ulang sebuah puisi,” kata Nelson.
Tahun lalu, puisi
digital Nelson telah dipamerkan di sebuah galeri di New York, di
Perpustakaan Nasional Perancis, Universitas Edinburg, diarsipka di
Perpustakaan Kongres AS dan tersebar viral ke seluruh dunia lewat berbagai
jaringan di internet.
"Mengawali karir
saya dalam kesendirian memberi pengaruh besar buat karya puisi digital saya,
itu memberi sentuhan tampilan dan rasa yang unik,” katanya Nelson dari
Universitas Griffith.
"Saya menciptakan
banyak hal yang tidak dilakukan penulis puisi lain di bidang sastra
elektronik,” katanya.
Puisi digital adalah
karya sastra yang lahir dari kombinasi teknologi dan puisi. Penulis
menggunakan banyak elemen multimedia seperti teks kritis - suara, gambar,
gerakan, video, interaktivitas dan kata-kata yang dikombinasikan untuk
menciptakan bentuk-bentuk puisi baru dan pengalaman.
Sementara puisi digital
Nelson menampung banyak bentuk, semua karyanya dapat diklasifikasikan di bawah
payung sastra elektronik, sebuah genre yang berasal dari lingkungan digital dan
membutuhkan perhitungan digital untuk dikonsumsi oleh pembaca.
Sekretaris Organisasi Sastra Elektronik, Davin Heckman mengatakan gaya unik Nelson dan dedikasinya atas karya karya yang telah dilakukan untuk membantu menumbuhkan industri sastra elektronik.
Sekretaris Organisasi Sastra Elektronik, Davin Heckman mengatakan gaya unik Nelson dan dedikasinya atas karya karya yang telah dilakukan untuk membantu menumbuhkan industri sastra elektronik.
"Nelson sangat
dihormati di komunitas sastra elektronik dan itu merefleksikan kualitas
karyanya,” kata Heckman.
Masa depan puisi
Dalam beberapa dekade
terakhir, sastra elektronik popularitasnya terus meroket, seiring dengan
perkembangan teknologi yang terus membuka pintu bagi inovasi di dunia digital.
Meski demikian, Profesor
Heckman mengatakan pusisi yang ditulis secara tradisional masih tetap
relevan bagi masyasrakat modern
"Saya harap puisi
digital tidak akan menyingkirkan puisi tradisional,” katanya.
"Meskipun menyukai
puisi digital, tapi saya masih tetap menggunakan secarik kertas dan pensil dan
menulis puisi, kedua alat itu masih menjadi alat yang sangat kuat mendorong
karya saya,” kata Heckman.
Nelson sepakat dengan
pendapat profesor Heckman. Ia menilai puisi tradisional akan selalu mendapat
tempat khusus. Tapi puisi digital menurutnya akan menjadi mada depan
puisi.
"Saya yakin pusis
digital akan mengambil alih kejayaan puisi cetak,”kata Nelson.
"Ketika karya puisi
digital diciptakan menjadi seperti game komputer, dimainkan dan game komputer
kita ketahui mampu menark perhatian jutaan pembaca, sementara puisi tradisional
yang dicetak paling hanya mampu menarik pembaca ratusan saja. Jadi saya
pikir media digital sudah jelas akan menjadi masa depan pusisi.
"Saat ini saja
kebanyakan orang mengakses berita, hiburan bahkan lowongan kerja lewat media
digital, ya begitu juga nasib puisi dan seni lain pada akhirnya nanti,”
tegas Nelson yakin
Oleh karena itu Nelson
mendorong agar pengarang puisi tradisional mendobrak batas-batas mereka dan
mulai berkarya di puisi digital juga.
Meski demikian menurut
Nelson untuk menciptakan puisi digital tidak harus punya kemampuan komputer
atau teknologi yang tinggi,” kata nelson.
"Saya saja memulai
karya puisi digital saya hanya dengan teknologi yang relatif sederhana yaitu
google Maps,’ katanya.
"Misalnya anda
dapat menciptakan pusis digital mengenai tempat, gunakan teks dan video
gambar kemudian gulingkan di google maps untuk menciptakan puisi interaktif,”
sarannya.
Nelson yakin hal
terpenting dalam menciptakan puisi digital adalah keunikan dan keaslian
gagasan, buka masalah penguasaan teknologi.
Berkembangnya sastra
digital juga telah mendorong gagasan untuk membuat data base karya sastra
digital Australia. Database ini akan diluncurkan awal tahun ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)