Saturday, April 12, 2014

Sejarah Puisi Tahun 2000-an


Perkembangan puisi modern Indonesia dari waktu ke waktu sangat beragam. Khususnya di era melenium ini (2000 an), banyak bermunculan penyair-penyair dari latar belakang kehidupan yang beragam. Sejauh manakah perkembangan puisi modern Indonesia saat ini?
   Tentu membutuhkan penelitian yang panjang untuk mengetahui perkembangan puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Namun setidaknya ada dua hal yang ingin saya bicarakan di sini. Pertama, mengenai faktor-faktor penunjang perkembangan puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Kedua, mengenai kualitas puisi-puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Sehingga dari kedua masalah tersebut setidaknya dapat diketahui gambaran tentang perkembangan puisi-puisi modern Indonesia saat ini.
       Sebelum membahas mendalam tentang perkembangan puisi modern Indonesia saat ini, patut diketahui terlebih dahulu hakikat sebuah puisi. Dalam hal ini banyak sekali persepsi tentang  puisi, apalagi di era perkembangan puisi modern Indonesia saat ini, banyak orang mendefinisikan sebuah puisi. Sebuah definisi itu tak menjadi penting lagi bagi seorang penyair yang telah ‘menyatu’ bersama puisi. Setidaknya puisi lahir dari pengalaman jiwa seseorang karena ingin memberikan bentuk yang kongkrit terhadap yang ia rasakan. Sehingga orang lain dapat pula merasakanya ketika telah diwujudkan secara nyata.
   Puisi berkomunikasi dengan menggunakan kata, rangkaian kata-kata itu mengungkapkan sekaligus mengartikan pikiran, perasaan dan imajinasi seseorang. Dapat dikatakan pula; puisi adalah nafas, menghirup ide mengeluarkan rahasia dan membaginya kepada setiap pembacanya.
   Setidaknya beberapa uraian di atas telah memberikan gambaran tentang puisi. Selanjutnya saya akan mencermati perkembangan puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Setelah era orde baru runtuh (1998), dunia sastra Indonesia seperti terlahir kembali, termasuk jenis puisi.
        Selama orde baru banyak media yang digunakan untuk mempublikasikan puisi (media cetak: koran, majalah, penerbit, dll) di bredel oleh pemerintah, karena dianggap tidak sejalan dengan ideologi pemerintahan orde baru. Sehingga mempengaruhi perkembangan puisi modern Indonesia. Selanjutnya setelah era kepemimpinan Suharto runtuh tepatnya pada masa reformasi memasuki tahun 2000 an, dimana kebebasan publik mulai diperhatikan lagi termasuk karya sastra jenis puisi, banyak bermunculan kembali penyair-penyair baru pada tahun 2000 an.
       Hal di atas telah menjawab salah satu masalah yang saya kemukakan di awal tulisan ini. Di mana ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Di antaranya jatuhnya rezim Suharto dan dimulainya era reformasi dengan segala kebebasan publiknya. Hal ini dapat dilihat di hampir semua koran Indonesia edisi hari Minggu, yang memberikan rubrik khusus untuk mempublikasikan puisi yang ditulis oleh penyair-penyair produktif usia muda.
    Selain itu dapat di lihat pula faktor-faktor lainya seperti badan penerbitan. Di era globalisasi dan pesatnya pertumbuhan teknologi yang semakin maju, memunculkan penerbit-penerbit baru yang memiliki kecanggihan teknologi sehingga memudahkan untuk menerbitkan buku-buku. Selain itu banyak penerbit yang membutuhkan dukungan dari para penulis khususnya di bidang sastra (puisi). Hal ini memunculkan fenomena simbiosis mutualisme antara penerbit dan penulis.
     Kembali menyinggung tentang kemajuan teknologi, rupanya kemajuan teknologi ini sangat mempengaruhi perkembangan puisi modern Indonesia. Kemajuan teknologi itu diiringi dengan banyak bermunculannya media komunikasi seperti jejaring sosial, blog, dll. sehingga memberikan kemudahan bagi penyair untuk mempublikasikan karyanya.
  Faktor lain yang dapat dicermati adalah banyaknya ajang perlombaan, penghargaan,diskusi, dll di bidang puisi memberikan satu kegairahan baru bagi para penyair muda Indonesia. Walaupun pada masa lalu ada ajang semacam ini, namun tidak sebanyak, seterbuka, dan seprestisius di era sekarang.
      Di tingkat akademik juga tidak kalah memberikan andil besar dalam perkembangan puisi modern Indonesia. Banyak perguruan tinggi yang membuka prodi sastra, khususnya Sastra Indonesia. Sehingga mampu membangkitkan dan menciptakan generasi penyair terdidik dan memiliki wawasan yang luas. Sehingga dijumpai keberagaman karya puisi. Selain itu banyak dosen di perguruan tinggi yang eksis dengan menerbitkan kumpulan puisi.
     Berbicara ruang lingkup akademik tidak akan lepas dari banyaknya komunitas-komunitas pegiat sastra di dalamnya. Selain itu, tidak hanya di dalam ruang lingkup akademik saja, banyak bermunculan komunitas pegiat sastra di luar kampus (sebagai perwakilan lingkungan akademik). Dari komunitas inilah  banyak terlahir penyair-penyair baru Indonesia yang produktif menciptakan puisi yang segar. Penyir-penyair ini lahir dari berbagai latar belakang kehidupan yang sangat beragam.
    Setidaknya itulah faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Dari faktor-faktor inilah perkembangan puisi modern Indonesia sangat pesat, sehingga menciptakan penyair-penyair baru Indonesia dengan keberagaman puisinya.
     Penguatan faktor-faktor di atas dapat saya lihat pada beberapa kumpulan puisi yang telah saya baca dan analisis. Misalnya saja tentang kebebasan publik  di era reformasi ini, munculah penyair, seperti Johan Wahyudi dengan antologi puisinya Puisi di Bawah Hujan.Di dalamnya  memuat puisi yang merepresentasi pikiran yang bergejolak dalam benak penyair yang kemudian mengkristal menjadi kata-kata syarat dengan nilai idealisme seorang pemuda yang berapi-api karena prihatin terhadap bangsanya. Seperti pada puisi Review Zaman di dalam antologi ini yang berbicara tentang keadaan bangsa karena kebenaran berpihak kejam dan rakus. Jika di era orde baru, mungkin puisi seperti ini akan segera dibredel dan dilarang diterbitkan, namun di era reformasi sangat banyak puisi bernafaskan kritik seperti ini.
      Tentang penerbit, bukan sekelas Balai Pustaka, Gramedia, dll. Namuan munculnya penerbit-penerbit baru di berbagai daerah dapat memfasilitasi para penyair untuk menerbitkan sebuah kumpulan puisi.
       Hal ini dapat saya lihat seperti pada Penerbit Bukupop dengan antologi puisi Tuhan Menegur Kita karya Utomo Soconingrat dan Ada Sesuatu Yang karya Sirkus Swandari, Penerbit Malka dengan antologi puisi Senja Dalam Masa karya Andri vb, Penerbit Beranda dengan antologi puisi Penari Di Bawah Hujan karya Johan Wahyudi, Parang Sumiler Press dengan antologi puisi Kali Beining karya Tjepoek Moeljono Reksodiharjo, Writing Revo Publishing dengan  antologi puisidan engkau adalah cerita karya Tuditea Masditok, Penerbit Madah dengan antologi puisi Kenangan Kota Geplak  dan Mawar Mekar di kampus 43 A karya Waluya Jatimustika, Kedai Buku Sinau dengan antologi puisi Ada Waktu Buat Kita karya Rina Eklesia, Penerbit Diskursus dengan antologi puisi  Layar Kasmaran Layar Jalanan danLuka Dalam Dalam Luka karya MIF Baihaqi dan M. Syaom Barliana, dll.
      Nama-nama penerbit di atas jarang terdengar di telinga kita. Namun memberikan peran terhadap perkembangan puisi modern Indonesia. Sehingga terlahir penyair-penyair baru di Indonesia dari latar belakang kehidupan yang beragam.
      Selanjutnya pada faktor ajang perlombaan dapat saya lihat pada antologi Tuhan Menegur Kita, karya Utomo Soconingrat, ia seorang penyair cilik yang baru berusia 13 tahun asal Jambi. Penyair cilik ini lahir dari berbagai macam ajang perlombaan puisi di tingkat daerah hingga Nasional.
     Faktor akademik dapat saya lihat pada antologi puisi Kenangan Kota Geplak  dan Mawar Mekar di kampus 43 A karya Waluya Jatimustika, Layar Kasmaran Layar Jalanan, karya MIF Baihaqi,Luka Dalam Dalam Luka karya M. Syaom Barliana,  dan  Penari Di Bawah Hujan karya Johan Wahyudi. Penyair-penyair ini lahir dari kalangan akademik, dari seorang guru hingga dosen.
      Dari tingkat komunitas dapat saya lihat pada antologi puisi My Name is Mimin karya penyair Andri Nur Latif. Andri Nur latif aktif pada komunitas BlockNot Forum. Komunitas ini adalah sebuah forum yang mewadahi individu-individu yang bekerja dalam wilayah penulisan dan pembacaan literatur.
     Dari semua hal di atas patut digarisbawahi bahwa salah satu hal penitng dari faktor perkembangan puisi modern Indonesia adalah peran aktifnya media baik cetak maupun elektronik untuk mempublikasikan karya sastra jenis puisi.
         Masalah selanjutnya yang saya kemukakan di awal tulisan ini adalah tentang kualitas-kualitas puisi modern Indonesia pada era tahun 2000 an. Tentu dengan banyaknya faktor penunjang perkembangan puisi modern Indonesia saat ini, terciptalah beragam genre puisi yang lahir dari beragam latar belakang penyair. Kualitas puisi yang lahir pun akan sangat beragam pula.
        Berbicara kualitas memang sangat rumit untuk dipahami. Setiap orang akan berbeda menilai kualitas sebuah puisi. Namun setidaknya kualitas puisi itu dapat diukur dari kacamata unsur-unsur di dalamnya. Misalnya dapat memenuhi unsur-unsur pembangunya seperti bunyi, diksi, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, bentuk visual, dan makna.
        Nampaknya penyair pada era tahun 2000 an, memiliki pandangan tersendiri dalam menilai kualitas sebuah puisi. Asal puisi tersebut memenuhi syarat sebuah puisi, maka oleh penyairnya pun dimasukkan ke dalam antologi puisi. Sehingga menciptakan keberagaman puisi pada era 2000 an. Hal-hal seperti inilah yang menjadi bumbu-bumbu pemanis pada perkembangan puisi modern Indonesia saat ini.

         Jadi kesimpulanya, banyaknya area publikasi puisi saat ini, benar-benar dimanfaatkan penyair dengan sangat baik. Sehingga perkembangan puisi Modern Indonesia melaju pesat. Predikat penyair pun menjadi sangat gampang diberikan terhadap seorang pencipta puisi. Namun, keberagaman puisi modern serta penyair Indonesia saat ini belum mampu menciptakan sebuah kondisi gebrakan baru (sebuah masa baru), seperti dilakukan Chairil pada masa dulu. Walaupun sudah ada beberapa orang yang mengatakan sekarang ini adalah angkatan 2000 an. Naumun sebenarnya angkatan 2000 an yang sepertiapakah? Apakah kualitas yang menjadi tolak ukur sebuah predikat itu. Jawaban itu saya serahkan kembali kepada anda.

No comments:

Post a Comment